JAKARTA - NASA-ISRO Synthetic Aperture Radar (NISAR), satelit radar pengamat, akan diluncurkan awal tahun ini. Satelit ini akan digunakan untuk mendata kondisi Bumi di berbagai macam cuaca.
NISAR akan merekam dan mencatat tanda-tanda penting dari Bumi seperti kondisi lahan basah, perubahan bentuk tanah akibat gunung berapi, hingga dinamika dari es di daratan dan lautan yang ada di seluruh dunia, tetapi fokusnya di Antarktika dan Greenland.
Khusus untuk pengamatan es, NISAR akan memberikan gambaran dari pergerakan dan deformasi dari permukaan es. Pengamatan ini merupakan hal yang sangat penting mengingat es di dunia bergerak dan mencair lebih cepat.
“Kita perlu lebih memahami proses yang terjadi dan NISAR akan melakukan pengukuran untuk melakukan hal tersebut,” kata Ahli Glasiologi Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA Alex Gardner dalam keterangan resmi.
Satu hal yang menarik dari NISAR adalah kemampuan pengamatan yang begitu dalam. Satelit radar ini bisa mengumpulkan data dari pedalaman Antarktika yang berada di dekat Kutub Selatan. Kemampuan ini tidak dimiliki satelit radar lainnya.
Para ilmuwan juga tertarik dengan proyek ini karena NISAR akan mempelajari gerakan es yang mengalir dari daratan tinggi Antartika tengah hingga ke laut. Pengukuran ini akan sangat berguna untuk mempelajari pertemuan es dan laut dari dekat.
BACA JUGA:
“NISAR akan memberi kita film time-lapse yang konsisten mengenai pergerakan tersebut sehingga kita dapat memahami bagaimana dan mengapa hal itu berubah,” kata Ahli Glasiologi NISAR Ian Joughin.
Meski tanggal peluncurannya belum dirilis, NASA memastikan bahwa NISAR akan diluncurkan tahun ini dari India Selatan. Setelah peluncuran berhasil, NISAR akan bekerja sebanyak dua kali dalam 12 hari dengan menggunakan dua radar, yaitu L-band dan S-band.
L-band akan digunakan untuk melacak pergerakan es di bagian bawah karena penglihatan radar ini bisa menembus salju. Sementara itu, S-band sangat sensitif terhadap kelembapan salju. Penglihatannya mampu menembus awan dan kegelapan.