JAKARTA - Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA) dan Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) bekerja sama membangun satelit pemetaan Bumi untuk memberikan informasi penting tentang kerak bumi, lapisan es, dan ekosistem.
Dijuluki NISAR, kependekan dari NASA-ISRO Synthetic Aperture Radar, satelit itu akan diluncurkan paling lambat 2024 ke orbit bumi dari Satish Dhawan Space Center di negara bagian Andhra Pradesh, India.
NISAR sendiri direncanakan untuk beroperasi selama tiga tahun, mencakup teknologi terobosan yang dapat membantu memahami Bumi dan mengatasi bencana alam.
Merupakan satelit pencitraan radar pertama yang menggunakan frekuensi ganda, yakni L-band SAR yang disediakan oleh JPL dan S-band SAR yang dibuat oleh ISRO. Keduanya telah diintegrasikan dan diuji coba sejak 2021 oleh para insinyur dan teknisi di JPL.
Dengan dua sistem radar itu, NISAR akan mampu secara sistematis memetakan kerak bumi pada tingkat detail yang luar biasa. Dia dapat mendeteksi perubahan di bawah 1 cm.
Hal itu akan membuat NISAR mengamati bahkan nuansa halus dari gempa bumi, tsunami dan bencana lainnya. Satelit juga akan membantu memantau proses jangka panjang, termasuk evolusi kerak bumi, gangguan ekosistem, dan runtuhnya lapisan es.
Pengukuran pencairan es laut dan lapisan es akan meningkatkan pemahaman tentang kecepatan dan dampak perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut.
Sementara untuk pengamatan kawasan hutan dan pertanian di planet ini akan meningkatkan pengetahuan tentang pertukaran karbon antara atmosfer dan komunitas tumbuhan, mengurangi ketidakpastian dalam model yang digunakan untuk memproyeksikan iklim masa depan.
"Ini menandai tonggak penting dalam perjalanan kita bersama untuk lebih memahami planet Bumi dan perubahan iklim kita,” ungkap Direktur Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, Laurie Leshin seperti dikutip dari laman resmi NASA, Sabtu, 4 Februari.
"Dengan memberikan pengukuran dengan presisi yang belum pernah ada sebelumnya, janji NISAR adalah pemahaman baru dan dampak positif di masyarakat. Kolaborasi kami dengan ISRO mencontohkan apa yang mungkin terjadi saat kami mengatasi tantangan kompleks bersama-sama," imbuhnya.
Selain itu, data yang dikumpulkan NISAR juga akan memainkan peran penting, dimana satelit akan menawarkan cakupan seluruh dunia setiap 12 hari baik siang dan malam, membuat citra berbasis waktu menjadi lebih praktis.
Tim misi NISAR berharap agar data tersedia untuk umum dalam satu hingga dua hari, tetapi jika kondisi darurat data akan dikirimkan dalam beberapa jam. Siapa pun yang ingin mengurai informasi dapat memanfaatkannya.
“Hari ini kita selangkah lebih dekat untuk memenuhi potensi ilmiah yang sangat besar yang diharapkan NASA dan ISRO untuk NISAR ketika kita bergabung lebih dari delapan tahun lalu,” ujar Ketua ISRO S. Somanath.
“Misi ini akan menjadi demonstrasi yang kuat dari kemampuan radar sebagai alat sains dan membantu kami mempelajari permukaan tanah dan es Bumi yang dinamis dengan lebih detail daripada sebelumnya," tambahnya.
Akhir bulan ini, mereka akan memindahkan muatan seukuran SUV ke dalam wadah kargo khusus untuk penerbangan sejauh 9.000 mil ke Pusat Satelit UR Rao India di kota Bengaluru. Di sana, NISAR akan digabungkan dengan bus pesawat ruang angkasa dalam persiapan peluncuran 2024.