Menang Tender Rp97,9 Miliar, China Berencana Bangun Stasiun Bumi di Antartika untuk Pantau Laut Lewat Satelit
Satelit China / dok. China National Space Administration (CNSA)

Bagikan:

JAKARTA - China berencana untuk membangun stasiun bumi di fasilitas penelitian Zhongshan yang ada di Antartika. Ini merupakan bagian dari tujuan ambisius negara tersebut untuk semakin dapat mengalahkan NASA.

China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) akan mengembangkan proyek tersebut setelah memenangkan tender dengan tawaran 43,95 juta yuan atau setara Rp97,9 miliar.

Stasiun bumi yang akan dibangun di Zhongshan tersebut, terletak di Teluk Prydz di Antartika Timur, selatan Samudera Hindia. Stasiun ini akan membantu melacak puluhan ribu satelit dan objek lain di orbit bumi dan memprediksi di mana mereka akan berada pada waktu tertentu.

Proyek ini diawasi National Satellite Ocean Application Service (NSOAS) dan dinyatakan sebagai bagian dari rencana pembangunan ekonomi kelautan jangka panjang.

Media yang berbasis di China, Global Times menyatakan stasiun bumi di pangkalan penelitian ilmiah Antartika akan membantu delapan satelit pengamatan laut China untuk mencari eksploitasi sumber daya laut, memantau ekologi zona pesisir dan bencana laut, serta mengembangkan ekonomi maritim China.

China telah meluncurkan delapan satelit observasi laut seri Haiyang ke orbit sinkron matahari pada 2002 dan 2021, dan merencanakan lebih banyak lagi di tahun-tahun mendatang. Satelit Haiyang-3 generasi baru pertama dijadwalkan diluncurkan tahun ini.

Untuk melindungi ekosistem dan lingkungan di Antartika, bangunan prefabrikasi akan digunakan untuk mengurangi pengoperasian di tempat. Bahan insulasi ramah lingkungan yang dikembangkan sendiri oleh CASIC juga akan digunakan dalam konstruksi stasiun bumi itu.

Namun, beberapa negara telah menyatakan kekhawatiran di mana China dapat menggunakan stasiun ini untuk spionase.

Pada 2020, perusahaan luar angkasa milik negara Swedia, yang telah menyediakan stasiun bumi untuk membantu menerbangkan pesawat luar angkasa China dan mengirimkan data, menolak untuk memperbarui kontrak atau menerima bisnis baru dari negara itu karena perubahan geopolitik.

Tahun lalu, berlabuhnya kapal survei militer China di pelabuhan Hambantota di Sri Lanka juga mendapat tentangan keras dari negara tetangga India yang khawatir tentang potensi mata-mata dari pemerintah negara itu.

Meski demikian, dikutip dari SpaceNews, Sabtu, 4 Februari, China masih tetap memiliki ambisi untuk meluncurkan berbagi misi keluar angkasa, mengisyaratkan peningkatan kebutuhan China akan infrastruktur pendukung stasiun darat.

Negara Tirai Bambu itu telah melakukan 19 peluncuran orbit pada 2015, tetapi tahun lalu mencoba 64 peluncuran, mengirim lebih dari 180 satelit ke orbit. Tahun ini CASC sendiri merencanakan lebih dari 60 peluncuran yang membawa lebih dari 200 pesawat ruang angkasa.