Kaspersky: Relevansi Pendidikan Formal dengan Ketersediaan Tenaga Profesional Keamanan Siber
Ilustrasi keamanan siber (foto: Kaspersky)

Bagikan:

JAKARTA - Di tengah kekurangan tenaga profesional keamanan siber, para ahli keamanan informasi (InfoSec) mempertanyakan apakah ada hubungannya dengan pendidikan formal yang mereka terima. 

Banyak pakar InfoSec menyatakan bahwa sistem pendidikan tidak berhubungan dengan realitas keamanan siber, sehingga mengakibatkan kurangnya penerapan dalam pengalaman kerja di kehidupan nyata. 

Dengan demikian, hampir semua profesional berpendapat bahwa pengetahuan yang diajarkan di pendidikan formal agak (14%), sedikit (13%) berguna atau tidak berguna sama sekali (24%) dalam menjalankan profesinya. 

Penelitian global terbaru Kaspersky mengungkapkan bahwa satu dari dua profesional keamanan siber tidak dapat memastikan manfaat dari masa akademis yang dienyam dalam membantu mereka menjalankan profesinya. 

Kurang dari separuh responden mengatakan bahwa program perguruan tinggi atau universitas menawarkan mereka pengalaman langsung dalam skenario keamanan siber di kehidupan nyata sebagai proyek langsung, dengan 23% menjawab 'sangat setuju' dengan pernyataan ini, dan 26% 'agak setuju.' 

Selain itu, akses ke teknologi dan peralatan terkini, serta kualitas magang muncul sebagai aspek terlemah dalam pendidikan keamanan siber di sebagian besar wilayah. 

Akibatnya, para ahli ini harus menginvestasikan sumber daya mereka dalam pelatihan lebih lanjut guna mengatasi lanskap ancaman yang terus berkembang dan mengikuti perkembangan industri.