Bagikan:

JAKARTA – Larangan penggunaan robocall, panggilan otomatis, berbasis Kecerdasan Buatan (AI) akan diberlakukan. Pasalnya komisaris dari Komisi Komunikasi Federal (FCC) AS sepakat untuk melarang teknologi tersebut.

Pada Rabu, 7 Februari, Keputusan Deklarasi FCC menyatakan  robocall yang menggunakan suara buatan atau AI telah melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen Telepon (TCPA) sehingga tindakan tersebut menjadi ilegal.

Ketua FCC Jessica Rosenworcel berpendapat penggunaan robocall dengan AI merupakan bagian dari kejahatan dan memiliki risiko yang sangat tinggi. Pasalnya, tipe kejahatan ini mampu meniru suara orang terkenal maupun keluarga sendiri.

“Suara yang dihasilkan AI dalam robocall, yang tidak diminta (oleh pemilik suara asli), digunakan untuk memeras anggota keluarga yang rentan, meniru selebriti, dan memberikan informasi yang salah kepada pemilih,” kata Rosenworcel, dikutip dari Engadget.

Selain mengecam tindakan tidak bertanggung jawab itu, Rosenworcel memperingati para penipu di balik robocall AI untuk berhenti. Pasalnya, siapa pun yang mencoba menggunakan teknologi tersebut akan ketahuan karena ada alat pendeteksinya.

“Jaksa Agung kini memiliki alat baru untuk menindak penipuan ini dan memastikan masyarakat terlindungi dari penipuan dan informasi yang salah,” jelas Rosenworcel. Pemimpin lembaga FCC itu tidak menjelaskan kapan robocall AI resmi dilarang.

 

Tekad FCC untuk melarang penggunaan robocall AI muncul setelah masyarakat New Hampshire mendapatkan telepon dengan suara Presiden AS Joe Biden. Dalam telepon tersebut, Biden seolah menyuruh warga New Hampshire untuk tetap di rumah saat Pemilu dilakukan.

“Penting bagi Anda untuk menyimpan suara Anda untuk pemilu bulan November. Pemungutan suara pada hari Selasa ini hanya memungkinkan Partai Republik dalam upaya untuk memilih Donald Trump kembali,” kata suara AI Biden, dikutip dari NBC News.

Sekitar 25.000 warga New Hampshire menerima telepon tersebut, menurut Jaksa Agung di negara tersebut. Sejauh ini, pembuat teleponnya masih diselidiki, tetapi bukti sementara mengarah ke perusahaan Texas Life Corporation dan Lingo Telecom.