Rocket Lab Raih Kontrak Pembangunan Satelit Senilai Rp7,9 Triliun
Ilustrasi peluncuran satelit Tranche ke orbit (foto: dok. SDA)

Bagikan:

JAKARTA - Rocket Lab, produsen kedirgantaraan sekaligus penyedia layanan peluncuran, telah mendapatkan kontrak dari lembaga pemerintah Amerika Serikat untuk membangun 18 satelit.

Dari laporan Spacenews, kontrak yang telah diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS ini bernilai 515 juta dolar AS atau sekitar Rp7,9 triliun. Kemungkinan besar, kontrak ini dikeluarkan oleh Space Development Agency (SDA).

Dalam kontrak tersebut, tertulis bahwa Rocket Lab National Security akan bertanggung jawab penuh dalam produksi satelit. Mereka akan merancang, memproduksi, mengirimkan, dan mengoperasikan 18 satelit tersebut.

Ada bukti yang kuat bahwa SDA merupakan pelanggan yang mengeluarkan kontrak tersebut. Hal ini sejalan dengan fokus lembaga selama beberapa waktu terakhir, yaitu membangun jaringan di Orbit Rendah Bumi (LEO) dengan nama Proliferated Warfighter Space Architecture.

Konstelasi ini akan dihiasi oleh Transport Layer Tranche 2 Beta. SDA telah memberikan kontrak ke Lockheed Martin dan Northrop Grumman senilai 1,5 miliar dolar AS (Rp23,2 triliun) untuk membangun 72 satelit.

Pada awal bulan Desember, Direktur SDA Derek Tournear mengatakan bahwa mereka berencana menambahkan 18 satelit Beta ke Proliferated Warfighter Space Architecture. Mereka juga sedang membicarakan kontrak dengan pihak pemasok.

“Kami sedang mempertimbangkan untuk memasang sekitar 18 satelit lagi dalam kontrak dan kami sedang bekerja sama dengan vendor ketiga untuk melakukan hal itu,” kata Tournear di forum National Security Space Association, dikutip dari Spacenews.

Meski Tournear belum mengungkapkan pihak ketiga dalam kontraknya hingga saat ini, sangat mungkin jika Rocket Lab yang mendapatkan kontrak tersebut. Terlebih lagi, jumlah satelit yang disebutkan oleh Tournear dan yang tercantum di pengajuan peraturan SEC sama persis.