Waduh! Pasukan Hacker Korut Mau Rampok Ramuan Vaksin COVID-19
Ilustrasi hacker (Photo by Clint Patterson on Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Korea Utara (Korut) dikabarkan berusaha membongkar sistem komputer milik perusahaan farmasi Pfizer. Melalui pasukan hacker-nya, Korut berupaya mencuri ramuan vaksin Covid-19 itu. Hal ini dilaporkan oleh badan intelijen negara tetangganya, Korea Selatan (Korsel).

Informasi ini terbongkar dari sebuah penyataan yang terlontar dari bernama Ha Tae-keung, seorang anggota parlemen Korsel. Dia mengungkapkan bahwa badan intelijen Korsel mengabarkan hacker Korut berupaya membobol teknologi vaksin tersebut.

Vaksin virus corona yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Pfizer asal Amerika Serikat. Vaksin tersebut dikembangkan hasil kerja sama dengan raksasa perusahaan farmasi asal Jerman bernama BioNTech. WHO dan berbagai organisasi kesehatan dunia lainnya sudah menyetujui vaksin ini.

Teknologi Pfizer memanfaatkan molekul sintetis yang juga dikenal dengan istilah messenger RNA. Molekul tersebut bisa masuk ke dalam sel yang ada di tubuh manusia. Persetujuan dari berbagai organisasi kesehatan yang ada di negara-negara lain mendadak menjadikan perusahaan ini sebagai “pabrik” yang memproduksi vaksin secara masif.

Berbagai negara memesan vaksin Pfizer dalam jumlah yang banyak. Berbeda denga Kim Jong Un yang mengklaim bahwa negaranya tidak terjangkiti Covid-19 dengan alasan penerapan isolasi yang sangat ketat. Namun, pernyataan tersebut diragukan oleh para pengamat luar negeri.

Bebrapa waktu lalu, Korut juga dikabarkan mengerahkan pasukan hacker terlatih yang berhasil membobol mata uang kripto senilai Rp 4 triliun untuk mendanai pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik jarak jauh.

Tidak hanya itu, para hacker itu juga dituding berhasil membobol uang dari sejumlah bank di negara-negara lain termasuk bank sentral Bangladesh dan Far East International Bank Taiwan, sebagaimana yang dilaporkan dari dokumen rahasia PBB.

Meskipun demikian, tudingan-tudingan tersebut dibantah oleh Korut. Mereka menegaskan bahwa mereka tidak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan penyerangan lewat internet.