Bagikan:

 

JAKARTA – Kecerdasan Buatan (AI) sangat dibutuhkan dalam memajukan teknologi. Kita tidak bisa meninggalkan peran jaringan 5G menurut Asosiasi IOT Indonesia (ASIOTI) dan Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU).

Saat ini, Indonesia masih kesulitan dalam melakukan transformasi digital karena kesenjangan jaringan. Bahkan, rata-rata kecepatan jaringan di Indonesia masih rendah hingga menempati peringkat 121 dalam laporan Speedtest Global IndexTM tahun ini.

Melihat masalah ini, ASIOTI dan BIIU mendorong pemerintah untuk mempercepat ekspansi internet di Indonesia melalui jaringan 5G. Pasalnya, kebutuhan koneksi jaringan yang cepat sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat, bahkan bagi seluruh industri.

“5G membuka peluang kita sebagai produsen infrastruktur telekomunikasi yang selama ini kita menjadi konsumsi, tok. Sejak adanya 2G, 3G, 4G, kita hanya sebagai user. 5G membuka peluang, kita bisa buka, kita bisa bikin,” kata Ketua ASIOTI Teguh Prasetya dalam forum terbuka hari ini.

Untuk membuktikan urgensi dari jaringan 5G, BIIU melakukan survei Pemetaan Peluang dan Tantangan 5G dan AI Pada Industri Vertikal di Indonesia. Survei ini tersebar ke berbagai sektor, mulai dari pertanian, infrastruktur jalan, manufaktur, hingga pertambangan.

Hasilnya, 16 responden yang terdiri dari asosiasi, akademia, dan pemerintah memerlukan 5G untuk integrasi sistem transportasi, menunjang kepuasan pelanggan, kebutuhan latensi yang rendah, dan masih banyak lainnya.

BIIU sendiri menyadari bahwa adopsi jaringan 5G memiliki tantangan besar seperti biaya teknologi yang meningkat, masalah keamanan, persyaratan peraturan yang menyulitkan, hingga teknologi yang kurang matang.

Namun, banyak sektor yang sudah siap menyambut jaringan 5G. Bagaimanapun juga, jaringan 5G sangat diperlukan untuk meningkatkan inovasi di masa kini dan masa mendatang, mendukung percepatan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja baru.

Selain mendorong pemerintah untuk mempercepat penambahan jaringan 5G dan mendorong peluang beroperasinya 5G private network, ASIOTI dan BIIU meminta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), akademisi, dan asosiasi untuk bekerja sama.

ASIOTI dan BIIU berharap BSSN bisa membuat regulasi keamanan data yang lebih kuat di tengah permintaan jaringan 5G. Mereka juga meminta akademisi untuk mendorong kehadiran jaringan 5G, sementara akademisi perlu mendukung regulasi dari 5G.

“Jadi ini sebenarnya gayung bersambutlah harusnya gitu, ya. Produsen, ekosistem, industri, masyarakat, bisa bersama-sama kalau kita going through 5G. Tapi kalau enggak, ya, lewatlah opportunity-nya,” ujar Teguh.

Sementara itu, Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Wayan Toni Supriyanto yang hadir dalam forum diskusi hari ini mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong percepatan implementasi teknologi 5G.

Wayan mengatakan bahwa Kominfo akan memperkuat kolaborasi pentahelix dengan lembaga lain, pemerintah daerah, asosiasi, seluruh pelaku industri dan bisnis, hingga akademisi dan para pakar.

“Pemerintah, Industri, Operator Seluler, Akademisi, dan Praktisi perlu memberikan atensi agar adopsi teknologi 5G khususnya pada sektor yang menjadi tumpuan utama ekonomi Indonesia bisa terimplementasi dengan baik,” kata Wayan dalam sesi Keynote Speech.

Wayan menambahkan bahwa kolaborasi ini memerlukan kesiapan yang matang agar jaringan 5G bisa dikembangkan secara optimal. Dengan kerja sama yang kuat, Wayan percaya bahwa Indonesia bisa menghadapi tantangan penerapan 5G.