Bagikan:

JAKARTA - Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) siap mengubah pendidikan tinggi dan industri utama - dan sekolah-sekolah dengan cepat menyesuaikan diri untuk mengikuti perkembangan teknologi yang pesat ini.

Universitas Harvard mengintegrasikan AI ke dalam kelas pertama untuk mahasiswa ilmu komputer, seperti dilaporkan oleh The Harvard Crimson. "Pembelajaran mesin akan memberikan umpan balik kepada mahasiswa, membantu memperbaiki kode mereka, dan bahkan menjawab pertanyaan yang sering diajukan," ungkap David Malan, profesor Harvard yang memimpin Computer Science 50: Pengantar Ilmu Komputer (CS50), kepada The Crimson.

Malan mengatakan kepada The Crimson dalam pernyataan tertulis bahwa menggunakan kecerdasan buatan dalam kursus pengantar akan membantu mahasiswa bekerja dengan kecepatan dan gaya mereka sendiri melalui akses tanpa henti ke alat dan sumber daya.

Kecerdasan buatan dengan cepat menjadi bagian penting dari masa depan pendidikan tinggi, baik dalam hal penggunaannya bagi mahasiswa maupun aplikabilitas luasnya di berbagai industri. Mahasiswa perguruan tinggi memiliki pandangan yang beragam tentang penggunaan AI dalam tugas sekolah, dengan 51% setuju dalam survei terbaru oleh BestColleges bahwa menggunakan alat AI seperti ChatGPT dalam tugas sekolah dianggap curang atau plagiarisme.

Sekitar 43% mahasiswa perguruan tinggi mengatakan dalam survei tersebut bahwa mereka pernah menggunakan ChatGPT atau aplikasi AI serupa. Sebagian besar mahasiswa, 57%, mengatakan dalam survei tersebut bahwa mereka tidak bermaksud menggunakan atau terus menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas sekolah mereka.

Mahasiswa juga sebagian besar kurang mendapatkan panduan tentang AI: 6 dari 10 mahasiswa melaporkan bahwa instruktur atau sekolah mereka tidak menjelaskan bagaimana menggunakan alat AI secara etis atau bertanggung jawab.

Malan menulis kepada The Crimson bahwa program AI yang ada, termasuk ChatGPT, bisa "terlalu membantu" dan bahwa AI yang digunakan dalam CS50 akan membantu mahasiswa menemukan jawaban sendiri daripada hanya menuliskannya untuk mereka.

Berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Stanford, Universitas Michigan, Universitas Brown, dan sejumlah institusi publik dan swasta terkemuka lainnya, telah mengadopsi program studi yang fokus sepenuhnya pada kecerdasan buatan.

Pekerjaan AI sangat diminati karena teknologi ini siap mengubah ekonomi global, meskipun belum jelas sejauh mana dampak AI terhadap tenaga kerja.

Institut McKinsey Global dalam sebuah laporan baru-baru ini menyiratkan bahwa sekitar sepertiga pekerja Amerika mungkin perlu beralih pekerjaan dalam satu dekade ke depan, tetapi Forum Ekonomi Dunia memprediksi peningkatan bersih 58 juta pekerjaan secara global berkat AI.