Bagikan:

JAKARTA - Beberapa penyedia layanan internet di Rusia telah memutuskan akses ke Google News setelah Presiden Vladimir Putin menuduh Yevgeny Prigozhin, pemimpin kelompok paramiliter Wagner, sebagai "dalang pemberontakan bersenjata."

Menurut monitor internet NetBlocks (melalui The New York Times), setidaknya lima perusahaan telekomunikasi Rusia, termasuk Rostelecom, U-LAN, dan Telplusl, memblokir pengguna internet di dalam negeri untuk mengakses agregator berita tersebut. Google belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Engadget.

Pada Jumat malam 23 Juni, pasukan bayaran dari kelompok Wagner menyeberangi perbatasan dari Ukraina ke Rostov-on-Don, yang terletak 20 mil dari Laut Azov, dan tampaknya berhasil menguasai kota tersebut, yang menjadi markas militer selatan Rusia, tanpa banyak perlawanan dari tentara reguler.

Pada Sabtu, 24 Juni, BBC News melaporkan pasukan Wagner sedang bergerak menuju Moskow. Prigozhin telah berjanji untuk menggulingkan Kementerian Pertahanan Rusia sebagai respons terhadap serangan rudal yang diklaimnya dilakukan oleh tentara reguler terhadap personel Wagner yang berada di Ukraina. Selain sebagai pendiri kelompok Wagner, Prigozhin juga merupakan pendana dan pencipta Internet Research Agency, troll farm di balik kampanye campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016.

Putin, yang menggambarkan pemberontakan Prigozhin sebagai "ancaman mematikan" terhadap kedaulatan Rusia, telah berjanji akan memberikan konsekuensi yang keras bagi siapa saja yang bergabung dengan kelompok paramiliter tersebut.

"Setiap orang yang dengan sengaja mengambil jalur pengkhianatan, yang mempersiapkan pemberontakan bersenjata, memilih jalur pemerasan dan metode terorisme - mereka akan menderita hukuman yang tidak terhindarkan," ujar Putin pada hari Sabtu, seperti dilansir oleh The Washington Post.

Setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, banyak perusahaan teknologi Barat telah keluar dari negara tersebut atau melihat layanan mereka diblokir oleh regulator telekomunikasi Roskomnadzor. Facebook dan Twitter adalah beberapa platform yang entah sebagian atau sepenuhnya diblokir di dalam negara sejak Maret tahun lalu.