Bagikan:

JAKARTA - Washington menilai pemberontakan Grup Wagner menunjukkan adanya keretakan di lingkaran Presiden Rusia Vladimir, kendati belum bisa memastikan dampak dari peristiwa tersebut.

Pemberontakan akhir pekan itu berakhir dengan tiba-tiba, saat pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin memerintahkan pasukannya untuk mundur dan balik kanan, setelah hanya berjarak 200 kilometer dari Moskow.

"Masih terlalu dini untuk mengetahui dengan pasti ke mana arahnya," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada CNN pada hari Minggu, seperti dikutip dari The National News 26 Juni.

"Saya menduga bahwa ini adalah gambar yang bergerak dan kita belum melihat babak terakhir," sambungnya.

Menlu AS mengatakan, citra Rusia telah berkurang secara signifikan sejak invasi ke Ukraina.

"Enam belas bulan yang lalu, pasukan Rusia berada di ambang pintu Kyiv, Ukraina, berpikir bahwa mereka akan merebut kota itu dalam hitungan hari, menghapus negara itu dari peta," urainya.

"Sekarang, mereka harus fokus untuk mempertahankan Moskow, ibu kota Rusia, dari tentara bayaran bentukan Putin," sambung Menlu Blinken.

Ia menambahkan, peristiwa Hari Sabtu tersebut akan berpengaruh terhadap jalanya peperangan, di mana Ukraina tengah melancarkan serangan balasan, berusaha merebut kembali wilayah-wilayah penting di Donetsk dan Zaporizhzhia.

"Saya rasa hal ini akan menciptakan keuntungan tambahan bagi Ukraina untuk memanfaatkannya," ujarnya.

Diketahui, Wagner adalah pasukan tempur Rusia yang paling sukses di Ukraina. Pemberontakan ini kemungkinan besar akan berdampak pada upaya perang Moskow secara signifikan.

Mereka yang ikut serta dalam pemberontakan Hari Sabtu telah diberi amnesti. Sementara mereka yang tidak ikut serta diperkirakan akan diizinkan untuk bergabung dengan tentara Rusia.