JAKARTA - Twitter menolak membayar tagihan Google Cloud karena kontraknya akan berakhir bulan ini, yang dapat mengakibatkan tim kepercayaan dan keamanan perusahaan media sosial tersebut lumpuh. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh Platformer pada Sabtu, 10 Juni.
Sebelum pengambilalihan platform media sosial tersebut oleh Elon Musk Oktober tahun lalu, Twitter telah menandatangani kontrak multi-tahun dengan Google terkait penanggulangan spam dan perlindungan akun.
Laporan dari Platformer tidak memberikan detail tentang bagaimana konflik antara kedua perusahaan tersebut dapat menghambat tim kepercayaan dan keamanan Twitter. Sementara The Information mengatakan bahwa Twitter telah berusaha untuk melakukan negosiasi ulang kontraknya dengan Google sejak Maret lalu.
Dilaporkan oleh Platformer, selama ini, Twitter menyimpan beberapa layanan di servernya sendiri dan menggunakan platform cloud Amazon dan Google untuk layanan-layanan lainnya.
BACA JUGA:
Pada Maret lalu, Amazon telah memperingatkan Twitter bahwa mereka akan menahan pembayaran iklan karena tagihan yang belum dibayarkan oleh Twitter kepada Amazon Web Services atas layanan komputasi cloud, sesuai dengan laporan dari The Information.
Sejak pengakuisisian oleh Musk, Twitter telah melakukan pengurangan biaya secara dramatis dan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan karyawan. Musk telah memerintahkan perusahaan untuk mengurangi biaya infrastruktur, seperti pengeluaran untuk layanan cloud, sebesar 1 miliar dolar AS (Rp14,9 triliun), seperti yang diungkapkan oleh sumber kepada Reuters pada bulan November.
Twitter tidak segera merespons permintaan pertanyaan dari media, sedangkan Google juga tidak segera merespons permintaan komentar.