Bagikan:

YOGYAKARTA – Mayoritas aplikasi perpesanan, seperti WhatsApp dan Telegram memiliki sistem enkripsi end-to-end untuk menjaga privasi penggunanya dalam berkomunikasi. Salah satu alasan sejumlah perusahaan menerapkan sistem pesan terenkripsi adalah untuk menjaga kebocoran data pengguna. Lantas, apa arti pesan terenkripsi end-to-end?

Arti Pesan Terenkripsi End-to-End

Enkripsi end-to-end merupakan sistem yang memungkinan sebuah informasi ‘terkunci’, atau tidak bisa dibuka untuk menjaga keamanan privasi.

Disadur dari Search Security, pesan terbuka (plaintext) yang dienkripsi, bakal diubah menjadi kode acak rahasia, sehingga informasi tersebut tidak bisa dibaca. Dalam ilmu komputer, metode ini disebut dengann kriptografi. Sementara pesan terenkripsi disebut dengan ciphertext.

Nah, metode yang digunakan untuk mengunci dan membuka kunci ciphertext disebut algoritma enkripsi atau ciphers. Di dalam chipper terdapat kode sandi rahasia acak. Artinya, penyusup yang ingin mengintip pesan harus menebak kode sandi mana yang digunakan pengirim untuk mengenkripsi pesan tersebut.

Karena tingkat kesulitannya tinggi, sistem keamanan enkripsi end-to-end banyak digunakan oleh perusahaan penyedia aplikasi perpesan.

Dengan sistem ini, banyak data sensitive dilindungi, seperti data dari pemerintah dan militer.

Cara Sistem Pesan Enkripsi End-to-End 

Dikutip dari C-net, aplikasi pesan terenkripsi bekerja dengan mengacak pesan dan panggilan telepon yang Anda lakukan. Dengan demikian, hanya orang yang berkomunikasi dengan Anda yang bisa mengaksesnya.

Selain itu, layanan olah pesan tersebut juga tidak dapat melihat apa yang Anda kirim, dan tidak ada yang bisa mencegat lalu lintas komunikasi Anda.

Ini berbeda dengan pesan SMS dan panggilan telepon, yang bisa disadap oleh operator telepon dan penegak hukum, serta peretas dengan peralatan.

Menurut Survei terhadap 126 orang yang dilakukan oleh Abu-Salma, mahasiswa doktoral di University College London, sebagian besar responden tidak mengetahui cara kerja sistem enkripsi end-to-end pada aplikasi perpesanan.

Dari 94 orang atau sekitar 75 persen dari total responden yang disurvei terkait pemahaman mereka mengenai layanan pesan terenkripsi, mengatakan bahwa entitas yang tidak sah dapat mengakses pesan yang terenkripsi secara end-to-end.

Ini bisa terjadi dalam keadaan tertentu, seperti jika perusahaan penyedia layanan perspesanan membuat kesalahan dengan enkripsi, atau jika menyerah pada tekanan pemerintah untuk memberikan akses ke pesan.

Akan tetapi, enkripsi end-to-end didesain sehingga perangkat yang mengirim dan menerima pesan yang dapat mengakses konten mereka.

Ini jauh berbeda dari sistem pesan SMS, yang secara default bisa dilihat oleh perusahaan yang membantu mengangkutnya ke penerima pesan Anda.

Apabila chat yang dikirim lewat aplikasi perpesanan tidak dienkripsi, maka salah satu pihak bisa melihat isi chat yang dikirim secara penuh.

Berikutnya, 63 orang atau sekitar 50 persen dari total responden yang disurvei Abu-Salma percata ahwa pesan teks SMS dan panggilan telepon sama amannya, atau bajlam lebih aman ketimbang pesan terenkripsi.

Anggapan ini tidak benar, sebab sistem enkripsi end-to-end membuat orang lain tidak bisa mengakses pesan atau panggilan telepon yang Anda lakukan.

Bahkan ketika kabar menyebutkan bahwa aplikasi pesan bisa saja cacat dalam enkripsi, Anda harus tetap menggunakannya untuk komunikasi sensitif Anda.

Demikian informasi tentang arti pesan terenkripsi end-to-end pada aplikasi perpesanan. Untuk mendapatkan berita menarik lainnya, baca terus VOI.ID.