Bagikan:

JAKARTA - Regulator privasi Uni Eropa yang memimpin Twitter mengatakan pada Selasa 7 Maret bahwa dia khawatir perusahaan milik Elon Musk tersebut telah meluncurkan layanan berlangganan Twitter Blue di wilayah itu tanpa berkonsultasi dengan kantornya, meskipun telah berjanji melakukannya.

Twitter, yang tidak segera merespons permintaan komentar dari media, dalam beberapa hari terakhir meluncurkan layanan tersebut di beberapa pasar UE. Mereka menawarkan jenis tanda centang biru sebelumnya gratis untuk akun publik yang terverifikasi kepada siapa saja yang bersedia membayar. Layanan itu diluncurkan tahun lalu di Amerika Serikat, kini juga tersedia di Indonesia.

Komisioner Proteksi Data Irlandia Helen Dixon, regulator UE utama Twitter karena lokasi kantor pusat Eropa di Dublin, mengatakan layanan tersebut menimbulkan masalah privasi, termasuk seputar verifikasi akun untuk mencegah pengguna menyamar sebagai tokoh publik.

"Kami agak lebih khawatir minggu ini karena kami melihat bahwa layanan berlangganan tanda centang biru diluncurkan di negara-negara UE setelah mendapat jaminan bahwa itu tidak akan diluncurkan di UE dan tentu saja tidak sebelum ada diskusi dengan kantor kami," kata Dixon dalam sebuah wawancara, yang dikutip Reuters.

"Meskipun belum ada penyelidikan resmi yang diluncurkan kami berada dalam tingkat kontak yang lebih tinggi dengan Twitter," katanya. Ia juga menjelaskan konsultasi sebelum peluncuran produk sebagai "praktik terbaik".

Dixon pada November lalu mengungkapkan kekhawatiran tentang dampak pemangkasan pekerjaan yang tajam terhadap kemampuan Twitter untuk memenuhi kewajiban privasi setelah pengambilalihan miliarder Musk pada bulan sebelumnya.

"Twitter sekarang memiliki pejabat proteksi data yang "sangat kuat," tapi di luar kantor proteksi data, jelas ada kekuatan lain yang sedang bermain. Dan kami perlu memahami sedikit lebih banyak tentang itu," tambah Dixon.