Bagikan:

JAKARTA - Setelah melakukan penelitian yang mendalam, NASA mengungkapkan asteroid Ryugu ternyata memiliki senyawa organik. Penemuan ini mendukung teori di mana batuan luar angkasa dapat berkontribusi pada perkembangan kehidupan di Bumi.

Pesawat ruang angkasa Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) Hayabusa2 mengumpulkan sampel pada 22 Februari 2019, dan mengirimkannya ke Bumi pada 6 Desember 2020.

Sampel diekstraksi di Jepang pada Juli 2021 dan dianalisis di Goddard pada musim gugur 2021. Jumlah sampel yang sangat kecil (30 miligram atau sekitar 0,001 ons) dialokasikan untuk tim analisis organik larut internasional.

Kemudian, sampel diekstraksi (seperti teh) dalam berbagai pelarut dan dianalisis di laboratorium di Jepang, Goddard, dan Eropa menggunakan berbagai macam mesin seperti yang ada di laboratorium forensik.

Hasilnya, tim peneliti menemukan asteroid Ryugu kaya akan jenis senyawa organik yang diperlukan agar kehidupan dapat berkembang.

Molekul organik merupakan blok bangunan dari semua bentuk kehidupan terestrial dan terdiri dari berbagai macam senyawa. Molekul itu terbuat dari karbon yang dikombinasikan dengan hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, dan atom lainnya.

Namun, molekul organik juga dapat dibuat oleh reaksi kimia yang tidak melibatkan kehidupan, mendukung hipotesis reaksi kimia di asteroid dapat membuat beberapa unsur kehidupan.

Ilmu kimia prebiotik berupaya menemukan senyawa dan reaksi yang dapat memunculkan kehidupan, dan di antara bahan organik prebiotik yang ditemukan dalam sampel asteroid Ryugu terdapat beberapa jenis asam amino.

Asam amino tertentu banyak digunakan oleh kehidupan terestrial sebagai komponen untuk membangun protein. Protein sangat penting untuk kehidupan karena digunakan untuk membuat enzim yang mempercepat atau mengatur reaksi kimia dan untuk membuat struktur dari mikroskopis hingga besar seperti rambut dan otot.

Sampel juga mengandung banyak jenis organik yang terbentuk dengan adanya air cair, termasuk amina alifatik, asam karboksilat, hidrokarbon aromatik polisiklik, dan senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen.

"Meskipun lingkungannya keras yang disebabkan oleh pemanasan Matahari dan penyinaran ultraviolet, serta penyinaran sinar kosmik dalam kondisi vakum tinggi, kehadiran molekul prebiotik di permukaan asteroid menunjukkan butiran permukaan paling atas dari Ryugu memiliki potensi untuk melindungi molekul organik," ujar peneliti Hiroshi Naraoka dari Universitas Kyushu, Fukuoka, Jepang.

Naraoka merupakan penulis utama makalah tentang penelitian ini yang diterbitkan online 23 Februari di Science, seperti dilansir dari laman resmi NASA, Senin, 27 Februari.

“Molekul-molekul ini dapat diangkut ke seluruh tata surya, berpotensi menyebar sebagai partikel debu antarplanet setelah dikeluarkan dari lapisan paling atas asteroid karena tumbukan atau penyebab lainnya," ungkap Naraoka.

Sejauh ini, hasil asam amino dari Ryugu sebagian besar konsisten dengan apa yang telah terlihat pada beberapa jenis meteorit kaya karbon (karbon) yang telah terpapar air paling banyak di luar angkasa.

"Namun, gula dan nukleobasa (komponen DNA dan RNA) yang telah ditemukan di beberapa meteorit kaya karbon, belum diidentifikasi dalam sampel yang dikembalikan dari Ryugu," jelas rekan penulis makalah tersebut, Daniel Glavin dari NASA Goddard.

“Ada kemungkinan senyawa ini ada di asteroid Ryugu tetapi berada di bawah batas deteksi analitik kami mengingat massa sampel yang relatif kecil tersedia untuk dipelajari," tambahnya.

Penelitian ini adalah analisis organik pertama dari sampel asteroid Ryugu, dan sampel tersebut akan dipelajari selama bertahun-tahun.

“Kami akan melakukan perbandingan langsung sampel dari Ryugu dan sampel dari asteroid Bennu saat misi OSIRIS-REx NASA mengembalikannya ke Bumi pada 2023,” kata Dworkin.

“OSIRIS-REx diharapkan dapat mengembalikan lebih banyak massa sampel dari Bennu dan akan memberikan peluang penting lainnya untuk mencari jejak blok bangunan organik kehidupan di asteroid yang kaya karbon," tutupnya.