Bagikan:

JAKARTA - Tahun 2020 telah terlewati dan mengubah kebiasaan hidup manusia pada umumnya. Minimnya interaksi antar manusia tergantikan dengan sekat teknologi yang berkembang dengan pesatnya. 

Work From Home atau bekerja dari rumah menjadi awal kebiasaan baru masyarakat di tengah masa pandemi. Karantina wilayah atau lockdown juga diberlakukan di banyak negara, tak terkecuali Indonesia. 

Zoom dan aplikasi video telekonference lainnya, seperti Microsoft Teams, Google Meet menjadi layanan populer yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi. Tak hanya pegawai kantoran, kalangan pelajar hingga tenaga medis juga memanfaatkan layanan ini untuk berinteraksi satu dengan lainnya.

Lantas apakah aplikasi video telekonference semacam Zoom masih akan populer di tahun 2021? Menurut pengamat Multimedia dan Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi, Zoom dan aplikasi sejenis masih akan populer, setidaknya hingga 2022.

"Artinya masih akan panjang dipakai. Dan menariknya, banyak guru, dosen, pelajar, dan pekerja senang menggunakan pertemuan daring. Karena tidak perlu capai-capai ke sekolah, ke kantor atau bertemu langsung dengan orang untuk meeting, apalagi di masa pandemi ini," ungkap Heru saat berbincang dengan VOI beberapa waktu lalu.

Kata Heru, kepopuleran Zoom di masa pandemi juga mendorong platform sejenis untuk mengembangkan layanannya agar semakin mudah dipergunakan. Ibarat kata nge-Zoom jadi istilah populer yang dipergunakan untuk menggambarkan aktivitas daring. 

"Mungkin kalau pun bertemu langsung sesekali saja. Tapi kalau dipaksa harus ke kantor, ke sekolah atau ke kampus pada saatnya atau usai pandemi, tentu penggunaan video conference akan berkurang. Meski pengguna tetap akan ada, untuk mereka yang terkendala jarak, yang menganggap video conefrence lebih efisien," tuturnya.

Meski populer, Zoom juga tak luput dari berbagai masalah dan kasus. Maraknya kasus Zoombombing jadi perhatian tersendiri bagi perusahaan besutan Eric Yuan itu. Di mana orang tak dikenal menyusup masuk ke dalam ruang pertemuan dan mengganggu jalannya teleconference.

Hal ini pula yang menjadi perhatian Zoom untuk meningkatkan layanan keamanannya. Dengan menyisipkan fitur keamanan berlapis, perusahaan itu berusaha untuk menghalau aksi-aksi Zoombombing di masa depan. 

Illustration (Jason Schneider/latesnews-live.com)

The Next TikTok?

Platform media sosial berkembang pesat di tengah masa pandemi. Zoom yang mulannya dipakai untuk berinteraksi dalam pertemuan daring, kini bisa dipergunakan secara umum. 

Termasuk TikTok yang ikut naik daun di masa pandemi. Tidak hanya digunakan untuk membuat video berbagai macam tarian, kini TikTok juga banyak digunakan sebagai media berbagi cerita dan informasi.

Kepopuleran TikTok juga mulai diikuti platform lainnya seperti, Instagram, Facebook hingga YouTube untuk mengembangkan fitur sejenis. Lantas apakah TikTok dapat bertahan atau malah ada platfrom lain yang akan bersinar di 2021?

"Karena masih pandemi 2021 atau 2022. Artinya, komunikasi online sangat dibutuhkan jadi seperti video, streaming dan aplikasi yang mengarah ke sana, saya kira akan banyak (bermunculan)," ungkap pengamat media sosial Ismail Fahmi kepada VOI.

Menurut Fahmi, platform media sosial akan berkembang seiring dengan kemampuan konektivitas jaringan internet. Apalagi banyak negara mulai mengadopsi teknologi jaringan 5G, termasuk Indonesia. 

Pencipta sistem analisis Drone Empri ini memperkirakan, layanan streaming akan berkembang pesat di tahun 2021. Terlebih banyak platform media sosial juga telah memiliki fitur serupa, sehingga akan mudah dipergunakan masyarakat dalam berinteraksi. 

"Mungkin di Twitter akan banyak video streaming, live streaming, kemudian makin lama (durasinya) gak pendek lagi, terus di Instagram sudah ada IG Live, mungkin akan ada aplikasi platform baru yang lebih memudahkan," paparnya.

"Lebih banyak mainan video. Kemungkinan juga platform-platfom ini bakal nambahin fitur, ya kalau fiturnya sudah ada mungkin bisa dikembangkan lagi, seperti durasi dari dua menit jadi bisa panjang lagi lima menit," tutur Fahmi.

Tren Smartphone di 2021

Banyak produsen smartphone mulai mengadaptasi teknologi panel layar fleksible. Samsung, Motorola, dan Huawei telah menghadirkan ponsel flagsip dengan model yang bisa dibuka dan dilipat.

Pengamat gadget Lucky Sebastian memprediksi, tren tersebut masih akan berkembang di tahun 2021. Meski begitu ponsel dengan model standart yang mengusung unibody atau candybar, tetap memiliki daya tarik tersendiri. 

"Smartphone standar dengan panel layar biasa, masih akan tetap memimpin di tahun depan. Tetapi akan banyak vendor menghadirkan smartphone dengan desain baru seperti layar lipat atau scroll phone," kata Lucky dalam pesan singkatnya.

Demikian pula dengan ponsel gaming. Kata Lucky, kehadiran chipset Qualcomm Snapdragon 888 yang powerfull juga mendorong produsen untuk menghadirkan smartphone dengan performa tinggi. 

"Ponsel flagship akan semakin banyak, dan kemungkinan sebagian besar Android akan menggunakan Snapdragon 888. Dari satu vendor kemungkinan akan mengeluarkan beberapa tipe smartphone dengan chipset ini," ujar Lucky. 

Tetapi, ia juga tak menampik bahwa pasar mid-range dan entry level juga masih banyak diminati, "Kelas mid range dan budget phone masih menjadi primadona di tahun depan. Kenaikan di segmen masih dipicu pandemi yang mengharuskan banyak orang WFH."

Termasuk mengadaptasi teknologi 5G, kata Lucky, banyak vendor akan berlomba-lomba untuk menghadirkan ponsel yang menggunakan jaringan internet generasi terbaru. Kendati belum banyak, namun antusias konsumen dengan kehadiran teknologi 5G patut diperhitungkan.

"Walau belum bisa digunakan, 5G mungkin hadir di akhir tahun 2021, namun masih percobaan dan masih kecil lingkupnya. Tetapi secara marketing kesiapan ponsel dengan teknologi 5G akan mendorong konsumen Indonesia untuk memilikinya," pungkas Lucky.