Bagikan:

JAKARTA - Satelit NASA yang menghabiskan hampir empat dekade mengamati ozon dunia dan mengukur energi radiasi diperkirakan  menabrak atmosfer Bumi pada Minggu, 8 Januari waktu setempat.

Meskipun sebagian besar satelit diperkirakan  terbakar di atmosfer dan menimbulkan risiko yang tidak berbahaya, beberapa puing dapat mencapai permukaan.

Departemen Pertahanan AS memperkirakan Earth Radiation Budget Satellite atau ERBS akan masuk kembali ke atmosfer pukul 18:40 ET pada Minggu. Pelacakan satelit akan terus berlanjut, karena belum diketahui di mana puing-puing akan mendarat.

"NASA memperkirakan sebagian besar satelit akan terbakar saat bergerak melalui atmosfer, tetapi beberapa komponen diperkirakan akan bertahan saat masuk kembali. Risiko bahaya yang menimpa siapa pun di Bumi sangat rendah, kira-kira 1 banding 9.400," ungkap NASA dalam sebuah pernyataan.

ERBS yang beratnya 5.400 pound, diluncurkan pada 1984. Itu adalah alat awal untuk menyelidiki perubahan iklim dari luar angkasa.

Satelit ini bekerja mengukur anggaran energi radiasi Bumi, yang mengacu pada berapa banyak energi yang didapat Bumi dari Matahari dan berapa banyak yang dipancarkannya ke luar angkasa.

Pengukuran tersebut terkait dengan faktor iklim seperti aerosol dan gas rumah kaca serta formasi seperti awan dan geografi permukaan.

"Data lapisan ozon yang disediakan oleh ERBS adalah kunci dalam proses pengambilan keputusan masyarakat internasional selama Perjanjian Protokol Montreal, yang telah menghasilkan chlorofluorocarbons (CFC) yang nyaris hilang di negara-negara industri,” kata NASA.

ERBS terdiri dari tiga sensor, dua untuk mempelajari keseimbangan energi radiasi Bumi, dan satu untuk mengukur ozon serta elemen statosfer lainnya.

Mengutip Digital Trends, Senin, 9 Januari, berjalan jauh melampaui jangka waktu semula yang direncanakan selama dua tahun, ERBS terus mengumpulkan data hingga 2005, menjadikannya misi total selama 21 tahun.