NASA Manfaatkan Cahaya Bulan untuk Tingkatkan Akurasi Satelit
NASA belum lama ini meluncurkan teleskop ke luar angkasa untuk mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari Bulan. (foto: Dok. Kevin Turpie)

Bagikan:

JAKARTA - NASA belum lama ini meluncurkan teleskop ke luar angkasa untuk mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari Bulan. Hal ini guna meningkatkan akurasi dan konsistensi pengukuran di antara satelit pengamat Bumi.

Teleskop itu adalah Lunar Spectral Irradiance, atau air-LUSI terbang di atas pesawat ER-2 NASA dari 12 hingga 16 Maret untuk mengukur secara akurat jumlah cahaya yang dipantulkan dari Bulan.

Cahaya bulan yang dipantulkan adalah sumber cahaya tetap yang dimanfaatkan para peneliti untuk meningkatkan akurasi dan konsistensi pengukuran di antara satelit-satelit yang mengamati Bumi.

Melansir laman NASA, Selasa, 5 April, dengan menggunakan Bulan sebagai garpu tala, para peneliti dapat lebih mudah membandingkan data dari satelit yang berbeda untuk melihat perubahan global dalam jangka waktu yang lama.

“Bulan sangat stabil dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor di Bumi seperti iklim dalam skala besar. Ini menjadi referensi kalibrasi yang sangat baik, tolok ukur independen, di mana kita dapat mengatur instrumen kita dan melihat apa yang terjadi dengan planet kita,” kata peneliti utama air-LUSI sekaligus profesor riset di University of Maryland, College Park, Kevin Turpie.

Untuk meningkatkan akurasi model reflektansi bulan, pengukuran air-LUSI sangat akurat, dengan ketidakpastian hanya kurang dari 1 persen. Selama penerbangan bulan lalu, air-LUSI mengukur Bulan selama empat malam tepat sebelum Bulan purnama.

"Begitu pengukuran air-LUSI digunakan untuk meningkatkan akurasi jumlah total cahaya yang datang dari Bulan, kita dapat melakukan pengukuran Bumi yang lebih akurat secara ekstensif menggunakan observatorium ruang angkasa saat ini dan masa depan," tutur Turpie.

Sebagai catatan, NASA telah memiliki lebih dari 20 satelit pengamat Bumi yang memberi para peneliti perspektif global tentang sistem Bumi yang saling terhubung.

Banyak dari mereka mengukur gelombang cahaya yang dipantulkan, dihamburkan, diserap, atau dipancarkan oleh permukaan bumi, air dan atmosfer.

Sebagai informasi, air-LUSI adalah teleskop yang mengukur seberapa banyak cahaya yang dipantulkan dari permukaan bulan untuk menilai jumlah energi yang diterima satelit pengamat bumi dari cahaya bulan.

Sementara, ER-2 adalah pesawat ketinggian tinggi yang terbang pada ketinggian 70.000 kaki, di atas 95 persen atmosfer, yang dapat menyebarkan atau menyerap sinar matahari yang dipantulkan.