JAKARTA - Secara mengejutkan para astronom memprediksi pendorong roket SpaceX yang diluncurkan pada tujuh tahun lalu sekarang dikabarkan sedang menuju ke Bulan, alias akan mengalami insiden tabrakan pada Maret mendatang.
Pendorong itu adalah bagian dari Falcon 9 tahap kedua yang lepas landas dari Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat (AS) pada Februari 2015 sebagai bagian dari misi untuk mengirim satelit cuaca luar angkasa lebih dari satu juta mil dari Bumi.
Misi tersebut dijuluki Deep Space Climate Observatory (DSCOVR), sebuah upaya bersama dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS serta NASA.
DSCOVR mempelajari planet Bumi dan lingkungan cuaca luar angkasa dari Bumi-Matahari Lagrange Point 1 (L1), tempat yang stabil secara gravitasi sekitar 930.000 mil dari Bumi ke arah Matahari.
Namun menurut ahli meteorologi Eric Berger, setelah lama terbakar untuk melepaskan satelit pada posisi tertentu di luar angkasa, pendorong ini tidak memiliki cukup bahan bakar untuk kembali ke atmosfer Bumi.
Orbitnya tidak cukup tinggi untuk menghindari tarikan gravitasi antara Bumi dan Bulan, sehingga meninggalkan pendorong dan berputar-putar selama tujuh tahun dalam orbit yang kacau.
Melansir Space, Kamis, 27 Januari, pencipta Project Pluto, Bill Gray menulis dalam unggahan blog-nya bahwa dia menghitung dampak yang kemungkinan akan terjadi di sisi jauh Bulan pada 4 Maret sekitar pukul 07:25 EST (1225 GMT), sekitar 4,93 derajat LU dan 233,20 derajat BT.
SpaceX biasanya membuang Falcon 9 tahap atas setelah peluncuran dengan mengirimkannya kembali ke atmosfer Bumi. Perusahaan terkenal mendarat dan menggunakan kembali tahap pertama roket Falcon 9 dan Falcon Heavy-nya. Namun, perusahaan tersebut belum melakukan pendaratan tahap kedua pada saat peluncuran DSCOVR.
"Pada perkiraan, prediksi di atas mungkin akan salah pada satu derajat atau dua menit dari waktu yang diprediksi," ungkap Gray.
Dia mengutip kesulitan pemodelan secara tepat bagaimana tekanan sinar Matahari menggerakkan benda silindris yang jatuh seperti itu.
"Kami akan membutuhkan (dan saya yakin akan mendapatkan) lebih banyak pengamatan di awal Februari untuk menyempurnakan prediksi. Itu akan sangat menurunkan ketidakpastian," ucap Gray.
Karena itu akan terjadi di sisi jauh bulan, dampaknya tidak akan terlihat dari Bumi. Tetapi menentukan waktu dan lokasinya masih penting, sebab berpotensi memungkinkan pesawat ruang angkasa yang mengorbit Bulan seperti Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) NASA dan Chandrayaan 2 India untuk mempelajari kawah yang dihasilkan, dan jika kita beruntung, mungkin bisa mengetahui dampaknya.
BACA JUGA:
Perhitungan Gray Juga Telah Dikonfirmasi oleh Astronom Lain
"Tahap kedua Falcon 9 tua yang tersisa di orbit tinggi pada 2015 akan menabrak Bulan pada 4 Maret. Ini menarik, tapi bukan masalah besar," ungkap astronom dan pelacak satelit Jonathan McDowell, melalui Twitter-nya.
Sebagai informasi, tahap kedua Falcon 9 bukan satu-satunya dari badan roket yang menabrak bulan. Lebih dahulu, NASA mengarahkan tahap atas beberapa roket Saturn V ke Bulan selama program Apollo.
Pada tahun 2009, NASA juga dengan sengaja menabrakkan bagian atas roket Atlas V yang meluncurkan LRO ke sebuah kawah di kutub selatan Bulan. Dampak yang dihasilkan tentu saja hanya meledakkan sejumlah besar es, menunjukkan bahwa di daerah kutub Bulan terdapat es yang berlimpah.