Bagikan:

JAKARTA – Kebangkrutan raksasa pertukaran FTX mengurangi kepercayaan konsumen terhadap bursa kripto tersentralisasi (CEX). Hal ini disebut bakal meningkatkan pengguna perdagangan kripto terdesentralisasi atau DEX. Meski begitu, bank investasi JPMorgan menyebutkan bahwa CEX bakal tetap dominan di masa depan.

Sebelumnya, JPMorgan sempat mengungkapkan kebangkrutan FTX bersumber dari entitas terpusat. Pernyataan terkait dominasi CEX di masa mendatang disampaikan oleh Nikolaos Panigirtzoglou, seorang analis JPMorgan. Dia mengaku skeptis terjadi peralihan konsumen dari CEX ke DEX.

"Kami skeptis terhadap pergeseran struktural dari bursa terpusat (CEX) ke bursa terdesentralisasi (DEX)," kata Panigirtzoglou.

Melansir DailyHodl, sebagian besar penemuan harga masih terjadi di bursa terpusat, dan protokol DeFi (keuangan terdesentralisasi seperti DEX) mengandalkan oracle yang memperoleh data harga dari mereka. Selain itu, DeFi masih memiliki risiko peretasan dan eksploitasi yang lebih besar. Chainalysis memperkirakan kerugian gabungan sebesar 3 miliar dolar AS di seluruh DeFi pada tahun 2022.

Protokol DeFi juga masih memiliki beberapa kelemahan fungsional, termasuk jaminan berlebih dan kurangnya fungsi stop-loss. Namun, Panigirtzoglou menunjukkan bahwa beberapa protokol DeFi sedang mengatasi masalah ini.

Sementara firma analitik ConsenSys memaparkan bahwa 99% perdagangan kripto masih melalui bursa terpusat atau CEX. Sebagian besar pedagang masih memilih untuk menggunakan platform perdagangan kripto terpusat dan risiko pihak lawan yang mengiringinya.

Mengelola akun dengan banyak bursa juga merupakan masalah, itulah sebabnya banyak trader memilih alat pihak ketiga yang memungkinkan mereka berdagang di semua akun mereka dari satu tempat.  Salah satu perangkat ini adalah Coinigy yang memungkinkan trader untuk berdagang di lebih dari 20 platform dari interface-nya.

Tidak hanya itu, Coinigy memungkinkan trader untuk mengakses lebih dari 5.000 aset kripto dan mendapatkan kondisi perdagangan yang lebih menguntungkan untuk masing-masing. Tanpa alat ini, trader harus mengelola sejumlah interface CEX untuk menemukan kondisi perdagangan terbaik untuk banyak aset kripto. 

Terlepas dari keterbatasan CEX, kekurangan DeFi saat ini menjadi masalah yang lebih besar bagi para trader. Secara kritis, kecepatan transaksi yang lambat di DeFi membuat pedagang dirugikan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di CEX.

Selain itu, transparansi transaksi pada protokol DeFi juga menjadi masalah bagi para pedagang, Panigirtzoglou menjelaskan, trader tidak ingin catatan lengkap strategi perdagangan mereka tersedia di blockchain.