TikTok Akui Karyawan di China Bisa Akses Data Pengguna Inggris dan Eropa
TikTok memperbarui kebijakan privasinya dengan memberi tahu pengguna Inggris dan Eropa. (foto: dok. tiktok)

Bagikan:

JAKARTA - TikTok memperbarui kebijakan privasinya dengan memberi tahu pengguna Inggris dan Eropa bahwa data mereka dapat diakses oleh karyawan di luar negara tersebut. Artinya, data pengguna tidak hanya disimpan secara lokal.

Kebijakan privasi baru TikTok itu terkait aksesibilitas data yang akan diluncurkan pada 2 Desember, dan berlaku untuk pengguna di Inggris, Wilayah Ekonomi Eropa, dan Swiss.

Disampaikan oleh kepala privasi TikTok di Eropa, Elaine Fox mengatakan karyawan tertentu dalam grup perusahaan akan diizinkan mengakses data pengguna karena kebutuhan untuk pekerjaan mereka.

Tetapi, Fox menegaskan aksesbilitas data akan tunduk pada serangkaian kontrol keamanan yang kuat dan standar persetujuan, dengan metode yang diakui oleh Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Eo.

Selain China, negara-negara lain di mana data pengguna Eropa dan Inggris dapat diakses oleh staf TikTok termasuk di Brasil, Canada, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Israel serta Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya.

TikTok saat ini menyimpan data pengguna Eropa di server di AS dan Singapura. Sementara kebijakan privasi baru itu menurut Fox, difokuskan untuk meminimalkan jumlah staf dengan akses ke data pengguna Eropa, membatasi transfer data di luar kawasan, dan menyimpan data pengguna Eropa secara lokal.

Fox menegaskan, TikTok dapat menggunakan data itu untuk melakukan pemeriksaan pada fungsionalitas algoritme rekomendasi platform, dan untuk otomatis mengidentifikasi akun yang berbahaya.

"TikTok berusaha untuk terbuka dan transparan tentang bagaimana kami mengumpulkan dan memproses informasi pengguna kami," ujar Fox.

"Kami akan terus bekerja untuk mendapatkan dan membangun kepercayaan dengan komunitas kami dengan pembaruan yang berpusat pada transparansi dalam praktik data kami dan investasi yang kami lakukan pada orang, proses, dan teknologi untuk menjaga komunitas kami tetap aman," imbuhnya.

Pengakuan dari platform video pendek itu muncul di tengah meningkatnya pertanyaan tentang akses data pengguna di negara-negara termasuk AS, Inggris, dan lainnya serta kekhawatiran penyalahgunaannya oleh pemerintah China di bawah kendali ketatnya.

Namun, TikTok berulang kali membantah bahwa kebijakan privasi mereka dikendalikan oleh pemerintah China. Demikian dikutip dari BBC Internasional, Jumat, 4 Oktober.