Bagikan:

JAKARTA – TikTok membagikan cara mereka dalam menjaga keamanan informasi pribadi dan penyimpanan data penggunanya. Hal ini mereka sampaikan untuk meluruskan berbagai kesalahan persepsi mengenai platform TikTok.

Melalui situs resminya, TikTok menegaskan bahwa mereka berkomitmen dalam menjaga keselamatan dan keamanan platformnya. Salah satu tindakan mereka dalam menjaga keamanan adalah dengan membatasi jumlah karyawan yang mengakses data pengguna.

Selain membatasi karyawannya, TikTok juga mengharuskan karyawannya untuk tunduk pada kebijakan dan prosedur yang mereka tetapkan. Jika pada akhirnya karyawan TikTok harus mengakses data pengguna, TikTok akan memastikan mereka tunduk pada kontrol keamanan komprehensif dan protokol otorisasi.

TikTok juga menjelaskan cara mereka dalam menjaga keamanan di Amerika Serikat (AS). TikTok mengingatkan kembali bahwa mereka memiliki tim yang disebut dengan TikTok US Data Security (USDS). Tim ini secara khusus mengawasi pencegahan akses data tidak sah ke pengguna di AS.

Sejak pertengahan tahun lalu, TikTok  menyimpan data pengguna di AS ke dalam infrastruktur Cloud AS Oracle. USDS akan terus bekerja dan memastikan bahwa tidak ada kebocoran data yang terjadi. Bagaimana pun, hal ini akan merugikan para pengguna dan TikTok sendiri.

Sementara itu, TikTok memiliki cara berbeda dalam menjaga keamanan pengguna di Inggris dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA). Belum lama ini TikTok memperkenalkan Project Clover, kantong aman untuk menjaga data pengguna TikTok di Eropa.

Data TikTok Eropa memang disimpan di AS, Malaysia, dan Singapura, tetapi seluruh data ini akan mulai bermigrasi ke Dublin dan Norwegia. Pemindahan ini akan dilakukan di tahun ini hingga tahun depan.

Cara kerja Project Clover pun hampir serupa dengan USDS, di mana pihak ketiga yang bekerja sama dengan TikTok akan memantau dan mengaudit perlindungan data, mengamati aliran data, memberikan verifikasi independent, dan melaporkan seluruh insiden yang terjadi.