JAKARTA - Pada Jumat, 17 Juni, TikTok mengatakan akan memindahkan semua data penggunanya di Amerika Serikat ke server Oracle dalam upaya meyakinkan pemerintah AS kalau mereka tidak membagikan informasi warga AS ke pemerintah China.
Hal tersebut dilakukan sebagai rasa tanggung jawab TikTok untuk menjaga komunitasnya dengan serius baik dari cara TikTok menangani konten yang berpotensi berbahaya maupun melindungi akses tidak sah ke data penggunanya.
Dalam blognya yang ditulis oleh Albert Calamug selaku Kebijakan Publik Keamanan AS, TikTok mengatakan bahwa Oracle sudah menjadi rekan kerjanya selama lebih dari setahun untuk melindungi aplikasi, sistem, dan keamanan pengguna di AS.
"Kami telah mengubah lokasi penyimpanan default data pengguna AS. Saat ini, 100% lalu lintas pengguna AS dialihkan ke Oracle Cloud Infrastructure," kata Calamug, dikutip Minggu 19 Juni.
Namun, aplikasi dari perusahaan ByteDance ini menegaskan bahwa mereka masih akan menyimpan salinan cadangan datanya di pusat data AS dan Singapura. Dan sepanjang mereka melakukan pemindahan data ke Oracle, TikTok berharap akan dapat menghapus data pribadi pengguna AS dari pusat ke server Oracle sepenuhnya.
TikTok telah lama menyimpan data pengguna AS di pusat datanya sendiri di AS dan Singapura. Pusat data Virginia ini mencakup kontrol keamanan fisik dan logis seperti titik masuk yang terjaga keamanannya, firewall, dan teknologi deteksi penyusupan. Sedangkan pusat data di Singapura berfungsi sebagai lokasi penyimpanan data cadangan bagi pengguna kami di AS.
Selain itu, TikTok mengungkapkan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Oracle untuk mengembangkan protokol manajemen data yang akan diaudit dan dikelola Oracle untuk memberikan ketenangan pikiran kepada pengguna.
Langkah ini diambil karena sebelumnya, pemberitaan BuzzFeed News via TechCrunch, mengabarkan adanya klaim bahwa karyawan TikTok AS berulang kali berkonsultasi dengan rekan-rekan mereka di China untuk memahami bagaimana data pengguna AS mengalir karena mereka tidak memiliki izin atau pengetahuan tentang cara mengakses data mereka sendiri.
BACA JUGA:
"Semuanya terlihat di China," kata laporan itu, mengutip seorang anggota departemen Kepercayaan dan Keamanan TikTok yang tidak disebutkan namanya mengatakan dalam pertemuan September 2021.
Pada tahun 2020, Donald Trump memerintahkan ByteDance untuk menjual TikTok karena khawatir hal itu dapat mengekspos informasi pribadi orang Amerika ke Beijing.
Melanjutkan langkahnya TikTok juga membuat perubahan operasional sejalan dengan pekerjaan ini termasuk departemen baru yang baru saja mereka dirikan, dengan kepemimpinan yang berbasis di AS, untuk hanya mengelola data pengguna TikTok di AS.
"Bersama-sama, perubahan ini akan memberlakukan perlindungan karyawan tambahan, memberikan lebih banyak perlindungan, dan selanjutnya meminimalkan transfer data di luar AS," Calamug menambahkan.