Ikuti Jejak AS, Komisi Uni Eropa Larang TikTok Digunakan pada Ponsel Karyawan
Komisi Uni Eropa (UE) mengeluarkan sebuah mandat untuk melarang stafnya menggunakan TikTok. (foto: dok. tiktok)

Bagikan:

JAKARTA - Mengikuti jejak Amerika Serikat (AS), Komisi Uni Eropa (UE) juga mengeluarkan sebuah mandat untuk melarang stafnya menggunakan TikTok karena masalah keamanan dunia maya.

Langkah ini menggarisbawahi meningkatnya ketegangan antara Barat dan China. Aturan tersebut berlaku untuk perangkat resmi Komisi UE serta perangkat pribadi karyawan jika mereka memasang aplikasi terkait pekerjaan.

“Langkah tersebut bertujuan untuk melindungi komisi terhadap ancaman dan tindakan keamanan siber, yang dapat dimanfaatkan untuk serangan siber terhadap lingkungan korporat komisi,” ungkap juru bicara komisi UE, Sonya Gospodinova.

Ini adalah pertama kalinya komisi, badan eksekutif Uni Eropa, melarang stafnya menggunakan aplikasi milik raksasa China, ByteDance.

Gospodinova mengatakan Komisi UE memiliki sekitar 32.000 karyawan tetap dan kontrak. Mereka harus menghapus TikTok sesegera mungkin dan paling lambat 15 Maret.

Bagi mereka yang tidak mematuhi tenggat waktu yang ditentukan, aplikasi korporat, seperti email komisi dan Skype for Business tidak akan tersedia lagi di ponsel mereka.

Menanggapi hal ini, TikTok menyatakan keputusan Komisu UE itu didasarkan pada gagasan yang salah tentang platformnya, seperti dikutip dari BBC Internasional, Jumat, 24 Februari.

"Kami kecewa dengan keputusan ini, yang kami yakini salah arah dan berdasarkan kesalahpahaman mendasar," kata seorang juru bicara TikTok.

Selain media sosial itu, ByteDance juga kerap menghadapi peningkatan pengawasan Barat dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran tentang seberapa banyak akses yang dimiliki China ke data pengguna. Tahun lalu, TikTok mengakui beberapa staf di China dapat mengakses data pengguna Eropa.

Komisi UE tidak sendiri, pemerintah AS juga melarang TikTok lebih dahulu tahun lalu pada perangkat yang dikeluarkan pemerintah federal karena masalah keamanan nasional.

AS khawatir pemerintah China dapat memanfaatkan TikTok untuk mengakses perangkat tersebut dan data pengguna untuk tujuan yang tidak baik.

TikTok yang memiliki 125 juta pengguna di UE, mengungkapkan sedang bekerja untuk meningkatkan keamanan data pengguna di sana, dengan berencana untuk membuka dua lagi pusat data Eropa untuk menghilangkan ketakutan privasi data.