JPMorgan Sebut <i>Cryptocurrency</i> Sebagai Skema Ponzi Terdesentralisasi
Bank Investasi JPMorgan kiritik kripto. (Foto; Dok. Reuters/Lucy Nicholson)

Bagikan:

JAKARTA – Bank investasi multinasional yang berbasis di New York, AS, JPMorgan Chase & Co. baru-baru ini mengeluarkan pernyataan negatifnya terhadap mata uang kripto secara keseluruhan. Pihak JPMorgan menyatakan bahwa Bitcoin (BTC) dan cryptocurrency lainnya adalah “skema Ponzi terdesentralisasi.” Pernyataan tersebut disampaikan oleh CEO JPMorgan Chas & Co., Jamie Dimon.

Berlawanan dengan pandangan CEO JPMorgan, bank investasi tersebut justru menyediakan layanan investasi kripto untuk pelanggannya. Lebih lanjut, bank juga berencana menawarkan opsi kripto tersebut meski pasar kripto mengalami penurunan signifikan dalam fase bear market tahun ini. Kondisi penurunan ini telah mengurangi minat investor untuk masuk ke pasar.

Selain sebagai CEO JPMorgan, Jamie Dimon juga dikenal sebagai seorang pengkritik mata uang kripto pada umumnya, dan Bitcoin pada khususnya. Dalam beberapa tahun terakhir, Dimon melabeli aset digital sebagai aset yang “tidak berharga”. Dia juga memperingatkan investor untuk menjauh dari mata uang kripto.

Dalam penampilan baru-baru ini, bankir berusia 66 tahun itu mempertegas sikapnya yang merugikan, menyebut Bitcoina dan mata uang kripto lainnya sebagai “skema Ponzi terdesentralisasi."

“Saya sangat skeptis pada token kripto, yang Anda sebut mata uang, seperti bitcoin. Mereka adalah skema Ponzi yang terdesentralisasi,” ujar Dimon.

CEO JPMorgan Chase itu memaparkan alasan ketidaksukaannya terhadap cryptocurrency. Menurutnya, kripto digunakan oleh para penjahat untuk melakukan operasi terlarang mereka, termasuk pencucian uang dan perdagangan seks.

Keutamaan Teknologi Blockchain yang Mendasari Cryptocurrency

Kendati mata uang kripto mendapat tudingan dari berbagai kalangan, terutama dari sektor perbankan, sejumlah bukti justru mengarah ke hal lain yakni teknologi blockchain.

Karena cryptocurrency menggunakan teknologi blockchain, yang berfungsi serupa buku besar digital yang mencatat setiap transaksi secara transparan dan tidak bisa diubah atau diedit oleh pihak manapun. Itu artinya, semua orang dapat melacak aliran dana dalam kripto asalkan punya akses internet.

Sementara itu, uang tunai masih menjadi alat tukar yang paling banyak digunakan oleh para pelaku kejahatan untuk transaksi narkoba dan aktivitas ilegal lainnya. Menurut penelitian, sekitar 34 persen hingga 39 persen dari semua mata uang yang beredar telah digunakan untuk kegiatan ilegal.

Terlepas dari pandangan negatif CEO JPMorgan yang mengkritisi cryptocurrency, dia rupanya bukan kritikus teknologi blockchain dan stablecoin. Menerutnya, semua itu bisa memberikan manfaat bagi perkembangan sistem keuangan. Sebelumnya, Dimon sempat memuji teknologi blockchain dengan mengatakan bahwa ini adalah “nyata” dan bisa “digunakan baik secara publik maupun pribadi, diizinkan atau tidak,” ujar eksekutif bank investasi JPMorgan Chase.