JAKARTA – Model kendaraan listrik dan hibrida ditargetkan akan mencapai 80% dari penjualan Ferrari pada tahun 2030. Hal ini ditegaskan oleh produsen mobil mewah asal Italia itu kepada investor pada Kamis, 16 Juni.
Mereka juga berjanji untuk memproduksi mobil yang disebut "lebih unik" karena bersandar pada mitra untuk melakukan peralihan yang mahal ke mobil nol- emisi.
"Semua yang kami lakukan akan selalu fokus untuk menjadi Ferrari yang khas," kata Ketua Ferrari, John Elkann saat perusahaan meluncurkan rencana bisnis barunya. “Elektrifikasi akan memungkinkan kita membuat mobil yang lebih unik lagi," tambahnya seperti dikutip Reuters.
“Untuk mengurangi investasi, Ferrari akan menggunakan pemasok untuk pembuatan komponen atau perangkat lunak yang tidak krusial, seperti sistem operasi,” kata Chief Executive Ferrari, Benedetto Vigna.
Seperti pembuat mobil sport lainnya, tantangan Ferrari lebih dari sekadar berinvestasi pada model listrik untuk menghadirkan performa tinggi. Pasalnya baterai kendaraan listrik (EV) saat ini tidak dapat menandingi daya berkelanjutan mobil sport bermesin pembakaran internal dengan energi fosil.
Seperti para pesaingnya, Ferrari juga menjual pengalaman emosional kepada pelanggan kaya yang berpusat pada deru serak mesinnya yang bertenaga. Seiring berjalannya tren mobil listrik, Ferrari harus memastikan pelanggan dari golongan elit dan kaya serta investornya dapat ikut serta dalam perjalanan Ferrari ke depan.
Membuat kendaraan EV dapat berakselerasi dengan cepat dan bisa diterima oleh pasar menjadi hal yang sulit bagi Ferrari, yang mobilnya dijual dengan harga termurah sekitar 210.000 euro (Rp3,1 miliar).
Vigna mengkonfirmasi Ferrari akan meluncurkan model listrik pertamanya pada tahun 2025, salah satu dari 15 model baru antara tahun 2023 dan 2026.
Ferrari mengharapkan mobil listrik sepenuhnya akan menghasilkan 5% dari penjualan pada tahun 2025 dan 40% pada tahun 2030. Model hibrida akan meningkat menjadi 55% dari penjualan pada tahun 2025 dari 20% pada tahun 2021, sebelum turun menjadi 40% pada tahun 2030.
BACA JUGA:
Vigna mengatakan Ferrari akan mengembangkan motor listrik, inverter, dan modul baterai sendiri di jalur perakitan baru di pabriknya di Maranello, Italia, sambil mengalihdayakan komponen non-inti.
Untuk menghemat dana investasi, Ferrari tidak akan mengembangkan sistem operasi untuk EV. Ini berbeda dengan pembuat mobil lain, termasuk Tesla dan Mercedes, yang menyatakan bahwa sistem operasi dalam menjalankan mobil, mengelola komponen upgrade nirkabel dan mengumpulkan data tentang kebiasaan dan preferensi pengemudi menjadi sangat penting.
"Saya tidak akan pernah membangun sistem operasi Ferrari, saya bodoh," kata Vigna kepada investor. "Anda harus fokus pada area di mana Anda bisa menjadi yang terbaik."
Mereka lebih fokus untuk berinvestasi di sektor baterai dan yang menjadi inti tenaga produknya. Ferrari bekerja sama dengan empat mitra di Eropa dan Asia dalam komponen baterai untuk meneliti generasi berikutnya dari baterai solid state kepadatan energi tinggi.