JAKARTA - NASA saat ini diketahui tengah mempersiapkan kendaraan dan hal lainnya untuk misi ke bulan yang dijuluki Artemis. Sembari berjalan, badan tersebut kembali mengumumkan satu proyek penelitian tambahan yang menarik.
Penelitian itu adalah memecahkan teka-teki Kubah Gruithuisen. Teleskop di Bumi menunjukkan kepada para ilmuwan bahwa ada beberapa struktur berbentuk kubah di bulan yang berbeda dari medan di sekitarnya.
Setelah bertahun-tahun mengamati, banyak yang menyimpulkan Kubah Gruithuisen pasti terbuat dari sejenis magma, atau batuan cair yang biasanya berasal dari aktivitas gunung berapi, kaya akan silika dan mirip dengan komposisi granit.
"Di Bumi, gunung berapi silika biasanya terbentuk dengan adanya dua bahan, air dan lempeng tektonik. tetapi tak satu pun dari itu tersedia di bulan," ujar NASA seperti dikutip dari laman resminya, Sabtu, 4 Juni.
Jadi, masih menjadi misteri bagaimana Kubah Gruithuisen bisa terbentuk di bulan. Dengan misi Artemis, NASA tertarik dan siap untuk membedah seluk beluk dari teka-teki Bulan yang aneh dengan instrumen sains baru, disebut Penjelajah Pencitraan dan Spektroskopi Lunar Vulkan atau Lunar-VISE.
Lunar-VISE merupakan kombinasi dari lima komponen individu, dua di antaranya akan dipasang pada robot pendarat bulan yang tidak bergerak dan tiga yang akan dipasang pada robot penjelajah bergerak.
Terlepas dari itu, Lunar-VISE akan menganalisis regolit bulan di bagian atas kubah aneh, yang hanya mengacu pada selimut batu lepas dan debu di titik tertinggi dari struktur ini.
"Dua studi yang dipilih akan menjawab pertanyaan ilmiah penting yang berkaitan dengan bulan. Yang pertama akan mempelajari proses geologis benda-benda planet awal yang terawetkan di Bulan, dengan menyelidiki bentuk vulkanisme bulan yang langka," ujar wakil administrator asosiasi untuk eksplorasi di Direktorat Misi Sains NASA, Joel Kearns.
BACA JUGA:
Kedua akan mempelajari efek gravitasi rendah bulan dan lingkungan radiasi pada ragi. Ragi tertentu akan dikirimkan ke permukaan bulan menggunakan rangkaian sains yang disebut Lunar Explorer Instrument for Space Biology Applications atau LEIA.
Kemudian, tim akan menunggu dan melihat apa yang terjadi ketika organisme tersebut terpapar gaya berat mikro dan radiasi ruang angkasa.
Ini menjanjikan karena ragi yang mereka kirim, disebut Saccharomyces cerevisiae merupakan model penting biologi manusia, terutama di bidang genetika, proses replikasi, pembelahan seluler dan molekuler, serta respons kerusakan DNA terhadap faktor lingkungan seperti radiasi.
Itu artinya, informasi yang diperoleh dari percobaan ragi Artemis suatu hari nanti dapat membantu studi biologi di bumi serta mengungkap secara tepat bagaimana ruang memengaruhi tubuh manusia.