Drone Kini Jadi Andalan NASA untuk Pantau Gunung Berapi Aktif
Drone lebih efektif saat digunakan memantau aktivitas gunung berapi. (foto: . Dok. Aleutian Aerial/Andy Dietrick)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) tak hanya berfokus pada proyek luar angkasa saja, ternyata mereka juga terlibat dalam proyek pemantauan Bumi, terutama yang terkait dengan iklim.

Sekarang, NASA  sedang mengerjakan rencana menggunakan drone untuk memantau gunung berapi aktif dan memberikan peringatan potensi letusan.

Menggandeng Black Swift Technologies, keduanya akan menciptakan drone yang sangat tangguh dari sistem pesawat tak berawak (UAS) dan dapat bertahan di lingkungan yang sulit di atas gunung berapi.

"Kami membutuhkannya untuk benar-benar kokoh, untuk menahan terbang dalam kondisi turbulen dan gas korosif di sekitar gunung berapi. Kami juga mengembangkan muatan penginderaan gas yang dapat dibawa UAS untuk mencari tanda-tanda kerusuhan vulkanik," ujar Direktur Divisi Ilmu Bumi di NASA, Ames Florian Schwandner.

UAS versi pertama diuji untuk memantau gunung berapi di Costa Rica, Amerika Tengah pada 2013, dan versi terbaru dari pesawat tersebut belum lama ini diuji dengan penerbangan di Gunung Berapi Makushin di Kepulauan Aleutian di Alaska.

Drone tersebut dapat terbang bahkan ketika berada di luar jangkauan visual pilot, dengan menggunakan sistem otonom yang dikombinasikan dengan rencana penerbangan yang telah ditentukan sebelumnya untuk mencapai puncak gunung berapi.

Dari sana, melansir Digital Trends, Senin, 31 Januari, drone dapat mengumpulkan informasi visual dan termal tentang aktivitas gunung berapi.

“Tujuan kami adalah terus mendorong kemampuan UAS untuk memberikan wawasan berharga tentang fenomena alam,” ungkap CEO Black Swift Technologies, Jack Elston.

“Penyebaran ini menunjukkan beberapa teknologi otomatisasi tercanggih yang kami pikir akan sangat membantu menyederhanakan operasi UAS yang sekarang sangat sulit. Salah satu hasil yang paling menarik adalah melihat sistem autopilot kustom kami menentukan kapan kondisi menjadi terlalu berbahaya dan berbalik arah," imbuhnya.

Tentu saja, mereka berharap teknologi ini bisa dikembangkan sehingga bisa memantau gunung berapi secara rutin dan menjadi sistem peringatan dini jika akan terjadi erupsi.

“Bekerja dengan NASA dan Black Swift, para ilmuwan kami percaya bahwa kami dapat menggunakan UAS untuk membantu pihak berwenang memperingatkan masyarakat tentang timbulnya letusan gunung berapi yang berbahaya, dan banyak bahaya lain yang sekarang mengejutkan kami,” kata Direktur Geologi AS, Survei Pusat Inovasi Nasional, Jonathan Stock.

“Dengan alat ini, kami dapat secara rutin memantau aktivitas gunung berapi yang jauh sekalipun dan merespons peristiwa letusan, pengubah permainan untuk keselamatan ilmuwan kami dan komunitas di sekitar bahaya geologis ini," tambahnya.