Rekor Baru Lagi, Matahari Buatan China Capai 70 Juta Derajat Celcius dalam 1000 Detik
Image Credit: SCMP

Bagikan:

JAKARTA - Matahari buatan China kembali mencetak rekor dunia baru di minggu lalu, dengan berjalan selama 1.056 detik pada suhu plasma tinggi.

Ini merupakan durasi terlama untuk reaktor energi fusi Eksperimental Superkonduktor Tokamak (EAST) yang canggih. EAST berhasil beroperasi pada 70 juta derajat Celcius selama 1.056 detik (17 menit, 36 detik).

Sebelumnya, EAST mencapai tonggak sejarah pada bulan Mei, berjalan pada plasma atau gas panas di suhu 120 juta derajat Celcius selama 101 detik. Selama 20 detik percobaan pada bulan Mei, fasilitas tersebut mencapai suhu puncak 160 juta derajat Celcius, yang 10 kali lebih panas dari Matahari.

“Ini adalah tujuan untuk tahapan yang berbeda. Operasi baru-baru ini meletakkan dasar ilmiah dan eksperimental yang kuat untuk menjalankan reaktor fusi,” ungkap seorang peneliti di Institut Fisika Plasma dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS), Gong Xianzu.

Mengutip SCMP, Sabtu, 1 Januari, diketahui, Gong juga bertanggung jawab atas percobaan di EAST, yang terletak di Institut Ilmu Fisika Hefei CAS di Provinsi Anhui, China Timur.

Dirancang untuk meniru reaksi fusi seperti Matahari menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar, EAST akan memberikan wawasan tentang penelitian fisika plasma yang sangat penting untuk membangun reaktor ukuran industri untuk menghasilkan energi bersih.

Energi fusi dianggap sebagai "energi mutakhir" yang ideal untuk masa depan energi netral karbon karena gas hidrogen dan deuterium berlimpah di laut. Lembaga ini juga telah berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan dengan emisi tinggi untuk membantu mereka mencapai netralitas karbon.

EAST adalah salah satu dari tiga tokamak utama yang beroperasi di China. The HL-2M tokamak reaktor fusi, yang dioperasikan Desember lalu, terletak di Chengdu, China barat daya, dan yang ketiga adalah di pusat kota Wuhan. Eksperimen yang dimulai awal Desember ini akan berlangsung hingga Juni.

Saat ini, dua tantangan utama bagi para ilmuwan adalah menjaga suhu di atas 100 juta derajat Celcius dan beroperasi pada tingkat yang stabil untuk waktu yang lama.

Upaya serupa juga sedang berlangsung di Amerika Serikat (AS), Eropa, Rusia dan Korea Selatan. China juga termasuk di antara 35 negara yang terlibat dalam megaproyek International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) di Prancis.