Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, enam tahun yang lalu, 29 Agustus 2018, pesilat peraih emas Asian Games 2018, Hanifan Kusumah Yudani melakukan selebrasi dengan memeluk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Momentum itu dianggap spesial karena kedua sosok sempat dianggap musuh bebuyutan.

Sebelumnya, Pemilu 2014 telah mempertemukan Jokowi melawan Prabowo untuk pertama kalinya. Jokowi berpasangan Jusuf Kalla (JK). Sedang Prabowo memilih Hatta Rajasa. Jokowi pun muncul sebagai pemenang.

Kontestasi politik Pilpres 2014 disambut dengan gegap gempita. Pilpres itu mempertemukan dua partai utama dengan calonnya masing-masing. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjagokan pasangan Jokowi-JK. Kubu Partai Gerakan Indonesai Raya (Gerindra) jagokan Prabowo-Hatta.

Mesin kampanye dipanaskan. Janji-janji politik ditebarkan. Persaingan mulai memanas. Keduanya simpatisan pasangan saling adu gagasan. Mereka mencoba saling mematakan janji politik yang tak masuk akal dari masing-masing pihak.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba pada 9 Juli 2014. Seisi Indonesia lalu mendatangi TPS yang ada untuk memberikan suara kepada pasangan capres dan wapres sesuai hati nurani. Pemungutan suara berlangsung dengan lancar.

Lembaga survei lalu memainkan perannya. Hasil hitungan cepat segera diumumkan. Kemenangan pun berpihak kepada Jokowi-JK. Kubu Prabowo-Hatta pun berang. Hasil lembaga survey dianggap belum final dan lebih menanti hasil hitungan resmi.

Hanifan Kusumah Yudani memeluk Jokowi dan Prabowo usai memenangi emas di cabang pencak silat Asian Games 2018 Jakarta. (ANTARA)

Nyatanya hasil yang didapat tak jauh berbeda. Hasil hitungan resmi KPU mengungkap bahwa Jokowi-JK mendominasi dengan perolehan 53.15 persen, sedang Prabowo-Hatta hanya dapat 46.85 persen. Kubu Prabowo lagi-lagi tak terima. Hasil Pilpres 2014 coba digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Prabowo menuduh telah terjadi kecurangan sistematis pada 55 ribu tempat pemungutan suara. Urusan daftar pemilih tambahan yang membludak seraya diarahkan untuk memilih Jokowi-JK dipermasalahkan.

Prabowo-Hatta mengklaim mereka punya bukti kecurangan sebanyak 10 truk barang. Namun, MK menolak seluruh tuntutan Prabowo-Hatta.

“Semestinya Prabowo memusatkan perhatian pada langkah hukum. la perlu tenaga ekstra untuk membuktikan tuduhan kepada KPU, yang selalu diulang-ulangnya bagai mantra: telah terjadi kecurangan masif, sistematis, dan terstruktur dalam Pilpres 2014.”

“Klaim mendatangkan sepuluh truk barang bukti, mengerahkan 2 ribu pengacara, mendatangkan ribuan saksi ke Mahkamah Konstitusi, serta mengerahkan 30 ribu pendukung barangkali penting baginya demi meyakinkan konstituen,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Kawal Sidang Tanpa Kekerasan (2014).

Tensi panas Jokowi dan Prabowo selalu tersaji. Jokowi yang menjadi Presiden Indonesia kerap mendapatkan perhatian dari Prabowo yang memilih jadi opisisi. Kinerja Jokowi pun kerap jadi sasaran kritikan.

Namun, tensi panas itu sedikit mereda pada 29 Agustus 2018. Jokowi dan Prabowo yang notabene Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) hadir bersama dalam satu hajatan final pertandingan silat Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta.

Jokowi tiba saat babak final kelas c putra 55-60 kilogram. Pertandingan itu mempertemukan antara pesilat Indonesia, Hanifan Kusumah Yudani melawan pesilat Vietnam, Tha Linh Nguyen. Hasilnya Hanifan menang dan berhak atas emas Asian Games 2018.

Hanifan pun melakukan selebrasi dengan mendatangi Jokowi dan Prabowo. Hanifan lalu memeluk keduanya dan membuat seisi ruangan gegap gempita. Momentum itu dianggap langka. Publik sudah lebih dulu menganggap keduanya bak musuh bebuyutan. Apalagi, pada Pilpres 2019 mendatang keduanya kembali berlaga.

"Biar masyarakat Indonesia tahu kalau Jokowi dan Prabowo tidak ada apa-apa. Hanya itu. Hanya segelintir orang-orang saja yang sirik dengan mereka karena kesuksesan mereka," ungkap Hanifan memberikan alasan sebagaimana dikutip laman CNN Indonesia, 29 Agustus 2018.