Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, sembilan tahun yang lalu, 26 Agustus 2015, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj menyarankan pria asal Banyuwangi bernama Tuhan ganti nama. Ia menyebut nama yang disandang pria berprofesi tukang kayu itu kurang etis.

Sebelumnya, polemik viralnya pria bernama Tuhan menghebohkan jagat maya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) ambil sikap. Mereka meminta kepada Tuhan untuk segera mengganti atau menambah nama Tuhan. Nama itu dianggap berpotensi menodakan suatu agama.

Nama adalah doa. Begitulah yang orang-orang pahami. Namun, kala orang tua memberikan nama Tuhan, doa apa yang coba disampaikan. Kira-kira seperti itu pandangan khalayak umum kala jaga media sosial dihebohkan oleh pria bernama Tuhan.

Tuhan sendiri adalah seorang tukang kayu asal Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur. Ia mengaku tiada yang khusus atau spesial terkait namanya. Nama itu memang pemberiannya orang tuanya.

Orang-orang di sekitarnya menganggap nama itu biasa saja. Tuhan mengaku tiada yang bertanya, tiada pula yang melontarkan candaan. Tuhan memang pernah merasa namanya saja yang unik. Sedang kakak-keluarganya sendiri memiliki nama yang cukup familiar di masyarakat: Aisyah, Ainan, Isroti, Alipah, Juni, dan Nasiah. Belakangan ia biasa-biasa saja.

Said Aqil Siradj yang pernah menjabat sebagai Ketua PBNU era 2010-2021. (ANTARA)

MUI Jawa Timur pun angkat bicara. Mereka mengimbau warga Banyuwangi ikut meminta Tuhan mengganti nama. Jika tidak, Tuhan diminta untuk menamba nama pada awal atau akhir namanya. Kondisi itu jika dibiarkan maka ditakutkan akan memunculkan penafsiran yang salah.

MUI lalu mengimbau juga kepada petugas pecatatan sipil untuk segera menarik kartu identitas Tuhan. Tujuannya supaya empunya nama itu tak dapat mengakses layanan publik sampai namanya diganti atau tambah.

Peringatan itu direspons oleh Tuhan. Ia menganggap tiada yang salah dengan nama pemberian orang tuanya. Nama itu sudah ada dalam semua dokumennya. Mengganti nama Tuhan sama dengan mengganti semuanya, dari ijazah dan lainnya.

"Janganlah manusia dikasih nama Tuhan. Tuhan boleh dipakai namanya asalkan ditambahi kata didepannya misalnya Abdullah. Kan nama Tuhan, karena didepannya ada Abdu, maka menjadi hamba Allah.”

“Ia menerangkan, secara etika keagamaan, penggunaan nama Tuhan pada manusia adalah tidak tepat. Karena Tuhan adalah zat yang disembah. Tuhan memang nama yang baik, tapi nggak cocok, karena itu mensyirikkan Tuhan. Tuhan kan zat yang disembah. Lah kalau orang masak Tuhan," ujar Ketua MUI Jawa Timur KH Abdussomad Bukhori sebagaimana dikutip laman detik.com, 24 Agustus 2015.

Polemik nama Tuhan pun sampai ke telingga Said Aqil Siradj. Ketua PBNU itu ikut menyaran Tuhan ganti nama pada 26 Agustus 2015. Ia menilai nama itu kurang etis. Orang-orang akan aneh mendengar kala ada orang bernama Tuhan.  

Meski begitu, Said mengungkap nama Tuhan tidak melanggarkan hukum Islam. Artinya, Said hanya menyaran Tuhan mengganti nama. Tujuannya supaya tiada lagi orang-orang yang dibuat aneh mendengar seseorang bernama tuhan dan tidak mengoloknya.

"Baiknya diganti sajalah. Secara etika enggak bagus. Masak nanti kalau orang manggil, 'Tuhan, Tuhan, gitu? Secara agama kan juga enggak etis," ungkap Said dikutip laman ANTARA, 26 Agustus 2015.