Bagikan:

JAKARTA - Memori hari ini, delapan tahun yang lalu, 23 Agustus 2016, pemerintah Indonesia mengelar pawai juara untuk peraih medali emas Olimpiade Rio pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad (Owi) dan Liliyana Natsir (Butet). Arak-arakan itu dilakukan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju kantor Kemenpora disambut dengan gegap gempita oleh warga Jabodetabek.

Sebelumnya, Owi/Butet jadi juru selamat muka bulu tangkis Indonesia di Olimpiade Rio. Mereka mendapatkan emas untuk Indonesia. Sementara tunggal putri, tunggal putra, ganda putri, dan ganda putra tiada bertaji.

Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) coba menurunkan atlet bulu tangkis terbaik Indonesia untuk berlaga di Olimpiade Rio 2016. Target emas sudah tentu tentu digelorakan. Namun, realita menjawab berbeda.

Tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra tiada yang dapat menembus perempat final. Harapan Indonesia pun bertumpu pada ganda putri dan ganda campuran saja. Ganda putri Nitya Krishinda Maheswari/ Greysia Polii memang lolos ke perempat final.

Mereka mencoba melakukan yang terbaik untuk dapat berlaga pada babak selanjut. Harapan tinggal harapan. Mereka justru kalah dengan ganda putri China, Tan Yuanting/Yu Yang. Kondisi itu membuat harapan satu-satunya Indonesia meraih medali ada di pundak ganda campuran, Owi-Butet dan Praven Jordan/Debby Susanto.

Pasangan ganda campuran bulu tangkis Indonesia, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir kala berpose dengan medali emas Olimpiade Rio. (ANTARA)

Kedua pasangan ganda campuran itu sama-sama masuk perempat final. Masalahnya kedua harus berhadapan satu sama lain. Kondisi itu membuat keduanya bertarung sekuat tenaga untuk dapat melaju lebih jauh.

Kemenangan meyakinkan diraih Owi/Butet dengan melibas dua set langsung 21-16 dan 21-11. Owi/Butet yang melaju ke babak semifinal lalu ditantang ganda campuran China, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Owi/Butet tak gentar.

Mereka pun melibas juga ganda campuran China 16-21 dan 15-21. Kondisi itu membuat Owi/Butet menatap final. Persiapan pun dilakukan. Mereka mulai menyusun strategi. Apalagi, ganda campuran Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying tak bisa dianggap remeh.

Namun, hari itu dewi fortuna datang ke Owi/Butet. Mereka menang dua set langsung dengan skor 21-14 dan 21-12. Akhirnya, Indonesia mendapatkan medali emas pertama untuk nomor ganda campuran. Spesialnya lagi kemenangan itu terjadi pada 17 Agustus 2016 yang notabene tanggal bersejarah buat Indonesia: Hari Merdeka. PBSI pun girang bukan main.

"Saya rasa kita wajib merayakan segala pencapaian yang sudah dikerjakan bersama-sama. Masyarakat juga selalu mendukung, jadi mereka perlu lah untuk melihat pahlawannya seperti apa. Dan kalau sekarang Indonesia dapat emas itu dampaknya besar dan memberikan euforia yang berbeda kepada masyarakat mengenai olahraga. Dan kami berharap di masa depan pembinaan cabor wajib diperhatikan lebih baik oleh pemerintah," ungkap Kabid Humas dan Sosial Media PBSI, Yuni Kartika dikutip laman CNN Indonesia, 22 Agustus 2016.

Pencapaian itu membuat pemerintah Indonesia bangga. Pemerintah Indonesia, lewat Kemenpora mencoba mengapresiasi kemenangan Owi/Butet dan olahragawan lain yang berlaga di Olimpiade Rio. Mereka mencoba mengadakan pawai juara sekaligus penjemputan atlet pada 23 Agustus 2016.

Rute yang akan dilewati pawai juara adalah dari Bandara Soekarno-Hatta ke kantor Kemenpora. Atlet kebanggaan Indonesia akan diarak dengan bus beratap terbuka. Owi/Butet pun tak sendiri. Dua atlet angkat besi yaitu Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni peraih medali perak dalam Olimpiade Rio 2016 juga turut dalam rombongan pawai.

Warga Jabodetabek menyambut pahlawan olahraga Indonesia dengan gegap gempita. Mereka tak sabar mengabadikan momentum melihat atlet kebanggaannya secara langsung. Kemenpora pun girang bukan main. Mereka turut bangga. Mereka berharap arak-arakan itu dapat memotivasi atlet lainnya untuk bisa berprestasi.

"Pemerintah sangat bersyukur karena kita mendapat kado istimewa ketika Indonesia merayakan HUT Ke-71 yaitu kembalinya tradisi emas ke Tanah Air. Ini adalah kado indah setelah delapan tahun penantian," kata Menpora, Imam Nahrawi sebagaimana dikutip laman tirto, 23 Agustus 2016.