JAKARTA – Memori hari ini, 10 tahun yang lalu, 25 Agustus 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan prosesi tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Seroja di Timor Leste. Tabur bunga itu dilakukan untuk mengenang prajurit Indonesia yang gugur di Timor Leste.
Sebelumnya, SBY pernah bertugas di Timor Timur (kini: Timor Leste) sebagai prajurit. Tugas itu dilakukan SBY berkali-kali. Ia menyaksikan sendiri bagaimana banyak koleganya gugur dalam upaya mempertahankan Timor Timur.
Seorang prajurit harus siap sedia di tempatkan di mana saja. Mereka rela berkorban segalanya demi menjaga keutuhan bangsa dan negara. Narasi itu kerap diamini oleh SBY. Untungnya istrinya, Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono) memahami benar tugas seorang prajurit.
Rumah tangga mereka mulai diuji kala awal menikah. SBY kala itu mendadak di tempatkan ke Timor Timur pada 1976. Pernikahan mereka saja belum genap tujuh hari. Istri prajurit memang harus punya mental kuat. Namun, penugasan ke Timor Timur lebih dari itu.
Butuh mental yang benar-benar kuat. Kondisi itu karena Timor Timur jadi kawasan yang dianggap berbahaya. Saban hari ada saja berita prajurit yang kehilangan nyawa. Tiap ada yang gugur hati keluarga SBY dan Ani merasa sedih.
SBY pun punya cara untuk menenangkan keluarganya. Ia berusaha sebisa mungkin untuk terus mengirimkan surat kepada keluarganya. Surat-surat itu jadi hal yang paling menenangkan. Namun, sekali surat lama datang, kesedihan jadi hal yang paling dirasakan.
Akhirnya, SBY pun pulang dari tugas panjangnya dari Timor Timur. Nyatanya, itu bukan yang terakhir. SBY total bertugas sebanyak tiga kali pada tahun 1976-1977, 1979-1980 dan terakhir 1986-1988. Namun, SBY tak berangkat sendiri untuk bertugas pada tahun 1980-an.
Anak istrinya ikut bersamanya. Kondisi itu membuat Ani kian khawatir. Mereka sekeluarga berada di lokasi yang tak kondusif.
“Saya mengalami yang namanya hidup dalam alam ketakutan ketika di era 1980-an SBY ditugaskan lagi ke Timor Timur dalam jangka waktu cukup lama. Saya dan anak-anak ikut serta. Tiap hari kami mendengar kabar gugurnya prajurit dan ikut memakamkan mereka. Kehidupan kami nyaris darurat. Belanja tidak mudah dan air di sana masih keruh. Ilmu ’sulap’ yang diajarkan Ibu kemudian menginspirasi saya untuk berkreasi agar anak-anak tak takut menelan air keruh.”
“Saya beri perasan daun suji hingga airnya berwarna hijau bening. Agus dan Ibas mau meneguk air itu. Sulap semacam itu sudah jadi bagian dari keseharian saya untuk mengakali keadaan. Yang penting Agus dan Ibas sehat,” ungkap Ani Yudhoyono sebagaimana dikutip Alberthiene Endah dalam buku Ani Yudhoyono: 10 Tahun Perjuangan Hati (2018).
SBY pun telah menyelesaikan tugasnya sebagai prajurit dengan baik. Namun, belakangan SBY memilih untuk masuk gelanggang politik. Kariernya moncer di politik. Ia dapat menjelma sebagai menteri hingga jadi orang nomor satu Indonesia.
BACA JUGA:
Posisi SBY sebagai Presiden Indonesia tak lantas membuatnya lupa masa-masa perjuangannya di tempat yang kini bernama Timor Leste. Ia masih mengingat jelas kolega dan bawahannya yang gugur. Kondisi itu membuat SBY setiap berkunjung ke Timor Leste selalu meluangkan waktu ke TMP Seroja.
Ambil contoh pada tahun terakhirnya jadi Presiden Indonesia. SBY menyempatkan melakukan prosesi tabur bunga di TMP Seroja pada 25 Agustus 2014. Prosesi itu dimulai dari upacara dengan pemberian hormat, diteruskan peletakan bunga, hingga diakhiri dengan tabur bunga.
Aktivitas itu lalu dilanjutkan dengan berkunjung ke TMP Metinaro yang notabene tempat para pahlawan kemerdekaan Timor Leste di makamkan. SBY pun meletakkan karangan bunga. Sisa kunjungan SBY di Timor Leste lalu diisi dengan kegiatan kenegaraan temu pemimpin sekaligus undur diri sebagai Presiden Indonesia.
"Saya sekaligus berpamitan dan sampaikan terima kasih dan atas kontribusi bapak Presiden dan sahabat kami, para tokoh di negeri ini dalam memperkuat hubungan dan kejasama kedua negara," kata SBY sebagaimana dikutip laman ANTARA, sehari setelahnya, 26 Agustus 2014.