JAKARTA – Memori hari ini, tiga tahun yang lalu, 2 Juni 2019, Mantan Ibu Negera Kristiani Herrawati atau yang lebih dikenal Ibu Ani Yudhoyono dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pemakaman istri dari Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dihadiri banyak pesohor negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi), salah satunya. Orang nomor satu di Indonesia itu memberikan penghormatan terakhirnya. Ia menyebut bakti Ibu Ani begitu besar. Ibu Ani tak saja memiliki bakti besar kepada keluarga, tapi juga negara.
Ibu negara adalah peran yang tak disangka-sangka oleh Ani Yudyohono. Ia tak bisa berkata-kata kala suaminya, SBY terpilih sebagai pemimpin Indonesia. Bagi Ibu Ani, menanjaknya karier SBY jelas tak terduga. Ia telah mengikuti perjalan karier SBY dari penugasan demi penugasan. Pun kemudian SBY masuk ke kancah politik.
Tiada yang menyangka jalur politik jadi kendaraan SBY terpilih sebagai orang nomor satu Indonesia pada 2004. Sejurus kemudian, Ibu Ani terangkat pula statusnya sebagai ibu negara. Peran itu tak mudah. Namun, Ibu Ani berani mencobanya. Ia mencoba beradaptasi dari istri seorang jenderal, jadi istri kepala negara.
Ibu Ani sadar menjadi ibu negara adalah peran besar. ia tak sekedar mampu mendampingi suaminya, tapi ia juga harus mampu mengusung peran membawa nama bangsa dan negara. Dari level nasional maupun internasional.
Nyatanya, Ibu Ani dapat melaluinya. Bahkan, cukup baik. Tiap ada hajatan negara, ia dengan siap sedia mewakili suaminya dan Indonesia. Ia pun terus memotivasi kaum wanita untuk bangkit dan bergerak. Partisipasinya itulah yang membuat Ibu Ani menjadi salah satu tokoh wanita yang berpengaruh di Indonesia.
“Pada akhir Oktober 2004 kami akhirnya memboyong hanya sedikit barang saja ke istana. Sebelumnya, 20 Oktober 2004 seusai SBY dan JK dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI di Gedung DPR/MPR RI, kami sempat mampir ke Istana Merdeka dan Istana Negara untuk melihat-lihat relung dalamnya. Bukan kunjungan yang lama. Saya sendiri belm secara mendetail mengetahui setiap celah istana. Namun, secara garis besar saya cukup mengetahui sejarah istana dan bagaimana kehidupan di dalamnya sebelum kami akan tinggal di sana. Tim Sekretariat Presiden cukup lincah menjelaskan segala sesuatu yang kami perlukan.”
“Saat kepindahan dilakukan, saya hanya membawa pakaian dan perlengkapan pribadi. SBY mengemas buku-buku kesayangannya. Benar-benar tidak banyak yang kami bawa. Saya pikir, jika mendadak butuh sesuatu toh saya bisa menugaskan diri dulu dengan suasana Istana. Itu jauh lebih penting daripada memikirkan apa saja yang harus dibawa,” ungkap Ani Yudhoyono sebagaimana ditulis Alberthiene Endah dalam buku 10 Tahun Perjalanan Hati (2018).
Ibu Ani tercatat sebagai ibu negara dari 2004 sampai 2014. Sekalipun ia telah purna tugas, namun keinginannya untuk menyebarkan inspirasi tetap meninggi. Lagi pula, Ibu Ani terus menginspirasi banyak orang –utamanya wanita—hingga akhir hayat.
Ibu Ani meninggal dunia pada 1 Juni 2019. Sehari berikutnya, Ibu Ani dimakamkan di TMP Kalibata. Kepergian Ibu Ani membawa kedukaan yang mendalam bagi segenap rakyat Indonesia. Presiden Jokowi, misalnya. ia memilih datang langsung untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Ibu Ani.
"Perempuan yang baik, Ibu Negara, yang tulus, dari keluarga senantiasa sebagai ibu, istri dan Ibu Negara. Kita hadir di TMP Kalibata memberi penghormatan terakhir sebagai bentuk penghormatan, bakti semasa hidupnya," tutup Jokowi di TMP Kalibata.
Pamakaman Ani Yudhoyono pada 2 Juni 2019 menjadi catatan memori hari ini.