Sejarah Hari Ini, 29 Mei 1869: Hari Jadi Kota Batavia ke-250 Menjadi Perayaan Paling Meriah yang Pernah Diadakan Pemerintah Hindia Belanda
Gedung klub eksekutif pada masa Hindia Belanda di Batavia, Societeit de Harmonie. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 153 tahun yang lalu, 29 Mei 1869, pemerintah kolonial Hindia-Belanda merayakan hari jadi kota Batavia ke-250. Alih-alih merayakan secara sederhana, empunya kuasa merayakannya secara besar-besaran. Tiga hari berturut-turut pesta pora diadakan. Nuansa penuh kemewahan jadi ajiannya.

Pun sederet perayaan itu jadi bukti bahwa penjajah Belanda suka foya-foya. Bahkan, tradisi foya-foya ini telah berlangsung sejak awal mula penjajahan Belanda di Nusantara.

Masa penjajahan Belanda penuh dinamika. Tiap orang Belanda yang datang ke Nusantara acap kali ingin mencicipi kemehawan hidup di tanah koloni. Kehidupan itu tak akan didapat di Negeri Belanda. Karenanya, bangsa Belanda yang dikenal hemat dan sering menabung, berubah menjadi suka pamer dan senang berpesta pora.

Kebiasaan itu langgeng karena orang Belanda ingin mencicipi kehidupan bak Raja Jawa. segala tingkah laku kemewahan yang jadi bagian hidup Raja Jawa diadopsinya. Dari jamuan makan hingga pesta. Kemewahan Raja Jawa lalu diadopsi dalam kehidupan sehari-hari orang Belanda di Nusantara.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Petrus Albertus van der Parra. (useum.org) 

Para gubernur jenderal tak ketinggalan ikut-ikutan larut dan suka berfoya-foya. Kekuasaan dan pemasukan tinggi (dari gaji dan usaha sampingan) yang didapat oleh petinggi Hindia-Belanda itu jadi muaranya.

Alhasil, tiada hal yang tak dapat diwujudkan oleh seorang gubernur jenderal. Salah satu yang paling menonjol adalah Petrus Albertus van der Parra (1761-1775). Gubernur Jenderal ke-29 itu gemar berfoya-foya. Rumahnya banyak. Demikian pula asetnya. Jadi, tiap pesta yang digelarnya acap kali penuh kemeriahan.

“Tanggal 15 Mei 1761 Van der Parra diangkat Dewan Hindia-Belanda menjadi Gubernur Jenderal menggantikan Jacob Mossel. Ia merayakan pengangkatannya dengan upacara besar-besaran. Hari kelahirannya pun kemudian ia tetapkan sebagai hari pesta nasional. Dan ternyata, pola hidup mewah itu ia lakukan sampai membuat VOC gulung tikar,” tulis Windoro Adi dalam buku Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi (2010).

Kebiasaan suka pesta itu berlanjut hingga VOC digantikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Mereka - dari gubernur jenderal hingga pejabat Belanda - acap kali menggelar pesta meriah. Baik itu pesta yang diselenggarakan oleh pribadi maupun pemerintah.

Pada pesta ulang tahun kota Batavia ke-250 pada 29 Mei 1869, misalnya. Pesta itu dilakukan selama tiga hari yang berpusat di klub populer Batavia, Societeit de Harmonie. Empunya acara bahkan mengundang dua ribu orang untuk mengikuti pesta dansa. Konon, pesta itu adalah pesta yang paling meriah di Batavia pada masanya.

Gedung Societeit de Harmonie. (Wikimedia Commons)

“Salah satu pesta besar yang pernah diadakan di Harmonie ialah ulang tahun Batavia ke-250, tanggal 29 Mei 1869. Sebenarnya yang dianggap hari lahir Batavia adalah 30 Mei, yaitu ketika Jacatra berhasil direbut Belanda. Pada kesempatan itu juga diletakkan batu pertama patung Jan Pieterszoon Coen di muka Groote Huis di Weltevreden (kini: Departemen Keuangan dekat Lapangan Banteng).”

“Pesta pora itu berlangsung tiga hari. Banyak barang keperluannya khusus didatangkan dari Belanda. sebagai penutup diadakan pesta dansa bertopeng (gekostumeerd) di Harmonie. Ruangan di Harmonie dihiasi lampu Venesia, permadani Persia, mebel mewah dari Eropa, kain hiasan dinding, selain karangan bunga dan tanaman tropsi. Di dalam disediakan 40 meja, masing-masing untuk 12 orang. Sementara itu taman dihiasi dengan 6 ribu lampion dan dua dekor hadiah pabrik gas dan perusahaan perkapalan,” tertulis dalam buku Ketoprak Betawi (2001).

Perayaan hari jadi Batavia ke-250 menjadi catatan penting dalam sejarah hari ini di, 29 Mei 1869.