Sejarah Hari Ini, 31 Mei 1899: Perintis Kemerdekaan Indonesia, Iwa Kusumasumantri Lahir di Ciamis
Tanggal kehiran tokoh perintis kemerdekaan Iwa Kusumasumantri di Ciamis pada 31 Mei 1899 menjadi catatan sejarah hari ini di Indonesia. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini 123 tahun yang lalu, 31 Mei 1899 seorang perintis kemerdekaan Indonesia, Iwa Kusumasumantri lahir di Ciamis, Jawa Barat. Kehadirannya sebagai pejuang kemerdekaan jadi bukti pergerakan nasional bukan cuma “monopoli” mahasiswa STOVIA belaka.

Perintis kemerdekaan juga hadir dari sekolah hukum Rechtshoogeschool (RHS). Semasa hidupnya, Iwa dikenal sebagai revolusioner. Ia, Hatta, dan mahasiswa lainnya di Belanda adalah tokoh yang melahirkan konsep politik: Indonesia. Jasa itu tak akan terlupakan.

Boleh jadi penggerak pergerakan nasional berasal dari mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Sekolah pendidikan dokter bumiputra itu banyak melahirkan perintis kemerdekaan. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) dan Tjipto Mangoenkoesoemo adalah beberapa di antaranya.

Namun, bukan berarti pergerakan nasional jadi monopoli mahasiswa STOVIA. Iwa Kusumasumantri, contohnya. Ia justru berasal dari sekolah tinggi hukum RHS di Batavia. Sama seperti STOVIA, sekolah itu banyak menghasilkan tokoh-tokoh pergerakan nasional.

Iwa Kusumasumantri (kedua dari kanan searah jarum jam) dalam sebuah rapat. (Dok. Perpustakaan Nasional)

Kiprah Iwa sendiri pun tak kalah menarik. Iwa terlahir dari keluarga priayi rendahan. Status itu membuat Iwa dapat mengakses pendidikan yang layak. Apalagi orang tuanya sendiri begitu mementingkan pendidikan sang anak. Semasa muda, Iwa pun disekolahkan di Opleiding School Voor Indlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Bandung. Orang tuanya berharap Iwa dapat menjadi menjadi pangreh praja (pejabat lokal).

Iwa justru tak kerasan. Ia ingin masuk sekolah yang sesuai hati nuraninya. Karenanya, terpilihlah sekolah hukum RHS. Di sana, Iwa tak melulu belajar hukum dan sejarah belaka, tapi ia bergabung dengan pejuang kemerdekaan lainnya untuk memerdekan bangsa.

Jong Java jadi corongnya bergerak. Ia pun melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Di sana ia dan kawan-kawannya melahirkan konsep politik: Indonesia.

“Ada potret Bung Hatta di Negeri Belanda -- masih muda, tahun 1920an. Ada potret Moh. Roem, juga di sana. Ada juga Ali Sastroamidjojo. Ahmad Subardjo. Iwa Kusumasumantri, Sjahrir, dan banyak lagi. Terpampang di buku-buku sejarah atau memoar pribadi, potret-potret itu selalu menggambarkan wajah-wajah yang belia, dengan pakaian rapi dan semua muka menghadap lensa, serta sorot mata yang mewakili semangat muda yang mantap.”

“Kesan yang selalu tertangkap: kehidupan intelektual yang sedang digembleng, sekalipun peruangan tanah air dari negeri orang. Dan memang, Negeri Belanda-lah yang merupakan kancah pertama para mahasiswa kita (istilah waktu itu: pelajar) yang berjuang. Di sana pada 1908 dibentuk Indische Vereeniging, kemudian menjadi Indonesische Vereeniging dan terakhir Perhimpoenan Indonesia di Negeri Belanda, perkumpulan yang pertama kali mempropagandakan kemerdekaan republik,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Kisah Mahasiswa Indonesia di LN (1981).

Iwa Kusumasumantri berpidato sebagai Menteri Sosial kabinet Presiden Soekarno pada 19 September 1945. (Dok. Arsip Nasional Republik Indonesia)

Sepulangnya dari Belanda, Iwa muncul sebagai tokoh yang dicap radikal oleh Belanda. Pergerakan dan kritiknya lewat tulisan dinilai menganggu eksistensi pemerintah kolonial. Ia pun segera diasingkan ke Banda Neira, kemudian bersama Bung Hatta, Tjipto, dan Sjahrir di tanah pembuangan.

Kemerdekaan Indonesia adalah sesuatu yang pasti, pikir Iwa. Ia pun menjalani hidup di tanah pengasingan dengan penuh optimisme, sampai akhirnya Indonesia memerdekakan diri pada 1945. Bung Karno pun menunjuk Iwa sebagai Menteri Sosial Indonesia yang pertama. Karier itu dilanjutkan dengan jabatan mentereng lainnya.

“Iwa kemudian muncul lagi dalam dunia politik sebagai anggota DPR dan kemudian menjadi Menteri Pertahanan Sipil, yang sempat menghadapi krisis 17 Oktober 1952. Dalam dekade akhir kepemimpinan Sukarno, dią pernah menjabat Rektor Universitas Padjadjaran Bandung, Menteri llmu Pengetahuan dan Perguruan Tinggi, serta menteri negara,” tutup Sejarawan Ong Hok Ham dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Patah Tumbuh Seorang Perintis (2002).

Pada 2 November 2002 di masa Presiden Megawati Soekarnoputri, Iwa Kusumasumantri ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Pada masa Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, usulan Iwa agar diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia selalu ditolak karena sosoknya dianggap dekat dengan kubu komunis. 

Itulah catatan sejarah hari ini 31 Mei 1899, tentang Iwa Kusumasumantri salah satu tokoh perintis kemerdekaan Indonesia.