JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 9 Agustus 2018, Prabowo Subianto memilih Sandiaga Salahuddin Uno sebagai pendampingnya –Cawapres-- dalam Pilpres mendatang. Penetapan Sandi dianggapnya sebagai bentuk perwakilan elit politik baru dari kalangan pengusaha dan profesional.
Sebelumnya, Sandi dikenal luas sebagai pengusaha sekaligus Wakil Gubernur DKI Jakarta. Kiprahnya sebagai pejabat negara kian terangkat dengan ide nama programnya yang unik. Dari Ok Otrip hingga Oke Oce.
Anies Baswedan-Sandiaga Uno mampu menjadi jawara dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Kesuksesan menumbang petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat mendapatkan perhatian seisi Indonesia. Apalagi urusan adu gagasan.
Warga Jakarta yakin gagasan Anies-Sandi dapat membuat Jakarta ke arah lebih baik. Kemenangan itu membuat gebrakannya dinanti. Dari urusan mengurai kemacetan hingga menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Sandi pun muncul sebagai sosok yang banyak menorehkan ide-ide. Sandi pun mempercayakan urusan mengurai kemacetan lewat program bernama Ok Otrip. Sebuah program yang digagas supaya warga Jakarta dapat menikmati suluruh transportasi yang ada dan terintegrasi dengan harga terjangkau.
Program lainnya yang dinantikan warga Jakarta adalah Oke Oce. Program ini jadi unggulan Sandi. Sebab, saban hari program Ok Oce kerap dibanggakan. Oke Oce menitikberatkan kepada keinginan Pemerintah DKI Jakarta membuka lapangan pekerjaan selebar-lebarnya dan melahirkan banyak wirausahawan.
Pembiayaan, pelatihan, dan pendampingan kemudian disiapkan pemerintah. Oke Oce lalu digadang-gadang jadi elemen penting bagi tumbuh kembang Jakarta di masa yang akan datang.
“Di bidang ketenagakerjaan, Sandi dengan percaya diri selalu mengulang Oke Oce dalam narasi debatnya dengan merujuk pada implementasi program ini di DKI Jakarta. Itu terus beberapa kali diulang di beberapa segmen. Hal lain yang kerap diulang, yakni soal letupan-letupan ekonomi, kesiapan pekerja, membuka peluang pekerjaan dan posisi para pekerja asing di Indonesia.”
“Seperti halnya di anyak tempat saat kampanye, Sandi juga menyampaikan soal UMKM sebagai soluasi. Di bidang sosial budaya, Sandi memandang perlu adanya kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat, pembangunan manusia dan budaya, di samping infrastruktur dan anggaran,” terang Gun Gun Heryanto dalam buku Realitas Komunikasi Politik Indonesia Kontemporer (2020).
Gagasan-gagasan dengan nama unik itu kemudian dijalankan oleh Pemerintah DKI Jakarta. Namun, Sandi tak dapat menyaksikan program itu sampai sukses. Ajiannya melanggengkan manuver politik jadi musabab.
BACA JUGA:
Alih-alih menanti perkembangan programnya, Sandiaga justru memilih untuk fokus kepada kontestasi politik lebih tinggi. Semua itu karena Prabowo Subianto dan partai pengusungnya setuju Sandi dijadikan sebagai Cawapres pada Pilpres 2019.
Penetapan itu dilanggengkan di Kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara pada 9 Agustus 2018. Sandi pun kemudian mengundurkan diri beberapa hari setelahnya dan menyerahkan segala program yang digagasnya kepada Anies Baswedan.
"Baru saja pimpinan tiga partai politik, yaitu PKS, PAN, dan Partai Gerindra, telah memutuskan dan memberi kepercayaan kepada saya dan saudara Sandiaga Uno, untuk maju sebagai capres dan cawapres untuk masa bakti 2019-2024," kata Prabowo Subianto dikutip laman BBC, 9 Agustus 2018.