Cawapres Kini Jadi Faktor Penting Pendongkrak Suara Capres
Presiden Jokowi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meninjau panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah. (Instagram Ganjar Pranowo)

Bagikan:

JAKARTA – Nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto selalu menempati posisi teratas di hampir semua hasil survei bakal Capres 2024. Seperti dalam hasil survei PolMark Research Center terhadap 62.480 responden di 78 daerah pemilihan pada periode 23 Januari 2023 hingga 19 Maret 2023.

Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo lebih unggul dibanding dua nama lainnya dengan 22,8 persen. Sementara elektabilitas Prabowo 17,4 persen dan Anies Baswedan hanya 13,9 persen.

Hasil survei yang dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 15 April lalu mengenai elektabilitas calon presiden juga tak jauh berbeda. Meski mengalami penurunan persentase dibanding survei pada Februari lalu akibat penolakan Piala Dunia U-20, Ganjar tetap menempati posisi puncak top of mind dengan 16,5 persen. Kemudian Prabowo dengan 16,3 persen, dan Anies Baswedan dengan 9,8 persen.

Begitupun dalam format semi terbuka dengan daftar 30 nama capres. Urutan ketiga nama tersebut tetap tidak berubah. Ganjar tetap menempati posisi teratas, Prabowo di urutan kedua, dan Anies di urutan ketiga.

Ganjar Pranowo resmi diusung oleh oleh PDIP sebagai calon presiden pada Pemilu 2024. (Antara/Putu Indah Savitri/am)

Sementara, hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 31 Maret-4 April 2023 menunjukkan elektabilitas Prabowo yang lebih unggul dengan 30,3 persen. Selisih hampir 4 persen dengan Ganjar di posisi kedua dengan 26,9 persen. Anies yang diusung oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera sebagai bakal calon presiden pada Pemilu 2024 hanya berada di posisi ketiga dengan 25,3 persen.

Tak jauh berbeda dengan hasil survei Poltracking Indonesia pada 9-15 April 2023. Elektabilitas Prabowo mencapai 33 persen. Unggul dibanding Ganjar yang 31,1 persen dan Anies 22,4 persen.

Kendati begitu, posisi dari ketiga bakal calon presiden ini sangat dinamis dan kompetitif, terutama Prabowo dan Ganjar.

“Sehingga, variabel calon wakil presiden menjadi sangat penting dalam mendongkrak perolehan suara,” kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR dalam keterangannya pada 28 April 2023.

Bakal Cawapres Potensial

Sama seperti bakal calon wakil presiden (Cawapres), dari simulasi 10 nama dalam survei Poltracking Indonesia periode Februari, Maret, dan April 2023 hanya tiga nama yang persentase elektabilitasnya mampu menembus angka dua digit, yakni Ridwan Kamil, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno.

Pada survei Februari, Ridwan Kamil 16,7 persen, Erick Thohir 16,5 persen, dan Sandiaga Uno 11,9. Pada survei Maret, Erick Thohir menempati posisi teratas dengan 16,7 persen. Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno posisi selanjutnya dengan 14,2 persen dan 13 persen.

Hasil terbaru pada April 2023, Erick Thohir tetap tak bergeser. Sedangkan Sandiaga Uno merangsek ke posisi kedua dengan 15,5 persen dan Ridwan Kamil di posisi ketiga dengan 13,5 persen.

Sementara, elektabilitas tujuh nama lainnya yakni Mahfud MD, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Khofifah Indar Parawansa, Andika Perkasa, Puan Maharani, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Airlangga Hartarto tidak ada yang mencapai 10 persen dalam setiap hasil survei pada periode tersebut.

Pada April, Mahfud berada di urutan keempat dengan 7,8 persen. Diikuti oleh AHY, Khofifah, Puan, Airlangga, Cak Imin, dan Andika Perkasa di urutan selanjutnya.

Simulasi 8 nama dalam survei LSI pada 31 Maret-4 April 2023 juga menunjukkan Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno sebagai bakal Cawapres potensial pada Pemilu 2024.

“Ada 5 nama teratas, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Erick Thohir, AHY, dan Khofifah Indar Parawansa,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam keterangannya pada 10 April lalu.

Masih Dinamis

Bila melihat peta koalisi partai politik saat ini, hanya Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang sudah resmi mengumumkan akan mengusung Anies Baswedan sebagai bakal Capres pada Pemilu 2024.

Sementara Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yakni Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa belum juga membuat pernyataan resmi mengenai sosok bakal Capres yang akan diusungnya meski sudah santer kabar bahwa Prabowo lah yang akan ditunjuk.

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) besutan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pun demikian. Meski diumumkan lebih awal, koalisi ini seolah tak memiliki komitmen kuat dan dinilai paling rentan pecah dibanding dua koalisi lainnya.

Terlebih, ketika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah menyatakan siap mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal Capres. Munas Partai Golkar telah mengamanahkan agar Airlangga Hartarto menjadi Capres atau Cawapres. Artinya, Partai Golkar akan tetap ngotot ketua umumnya yang diusung. Namun, PPP berseberangan jalan dan lebih mendukung Ganjar dengan harapan dapat menyandingkan Sandiaga Uno dengan Ganjar.

Bila KIB akhirnya bubar, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam memprediksi Golkar akan merapat ke KIR mencari peluang agar Airlangga bisa menjadi bakal calon wakil presiden.

Prabowo Subianto menunjuk mantan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan atau Iwan Bule menggantikan posisi Sandiaga Uno sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. (Tangkapan Layar YouTube)

Poltracking Indonesia memprediksi persaingan akan lebih ketat. Dari hasil survei simulasi 3 pasangan Capres-Cawapres yakni Prabowo-Airlangga, Ganjar-Sandiaga, dan Anies-Chairul Tanjung terlihat persentase Prabowo-Airlangga hanya berbeda 0,5 persen dengan Ganjar-Sandiaga.

“Namun, tetap tak mudah karena ada Cak Imin. Sejak 2018, Cak Imin terlihat jelas ingin masuk dalam kontestasi pemilihan presiden dengan branding macam-macam dari Cawapres zaman now, panglima santri, dan lain sebagainya,” ucapnya kepada VOI pada 10 April lalu.

Kendati demikian, Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai pergerakan peta politik jelang Pemilu 2024 masih dinamis. Terlihat jelas dari pertemuan tokoh partai politik lintas koalisi.

“Artinya peta kolisi masih bisa bergerak cepat. Selama janur kuning belum melengkung itu bisa berubah setiap saat,” kata Ujang dalam keterangannya pada 28 April 2023.