Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, enam tahun yang lalu, 19 Oktober 2018, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan balas sindiran Djarot Saiful Hidayat terkait Gubernur jomblo. Anies menyebut Djarot untuk berkaca karena ia juga selama memimpin Jakarta tanpa Wagub.

Sebelumnya, pemerintah DKI Jakarta dilanda kehebohan karena Sandiaga Uno mengundurkan diri dari jabatan Wagub DKI Jakarta. Kekosongan itu tak lantas diisi oleh Wagub baru. Alhasil, Djarot pun segera merespons. Ia menyindir Anies sebagai Gubernur jomblo.

Tiada yang meragukan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sebagai batu loncatan untuk Pilpres. Anies Baswedan pernah berkali-kali dirayu Prabowo Subianto mendampinginya untuk melaju pada Pilpres 2019.

Keinginan itu ditolak Anies berkali-kali karena ingin fokus bangun Jakarta. Prabowo pun berpaling ke Sandiaga uno dan mantap. Sandi pun didaulat sebagai Cawapres Prabowo pada 9 Agustus 2018. Keputusan itu membuat Sandi harus mengambil cuti panjang untuk mengikui Pilpres 2019.

Opsi itu sesuai dengan mandat UU Pemilu No. 7 Tahun 2017 yang dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2018. Gubernur atau wakil gubernur diperkenankan meminta izin ke presiden untuk cuti.

Anies Baswedan dan Sandiaga Uno kala jadi Gubernur- Wakil Gubernur DKI Jakarta. (ANTARA)

Sandi memilih hal lainnya. Ia tak mau ada konflik kepentingan. Akhirnya, ia memilih mengundurkan diri pada 10 Agustus 2018. Sandi menganggap mengatur Jakarta bukan urusan yang mudah. Butuh totalitas. Jika ia melaju ke kontestasi politik tingkat tinggi posisinya akan kosong.

Gubernur Anies pun akan bekerja dengan sendiri. Ia tak ingin hal itu terjadi. Ia ingin supaya Anies segera menetapkan Wagub baru. Tujuannya tak lain agar roda pemerintahan DKI Jakarta berjalan sebagaimana semestinya. Pengunduran diri Sandi pun mendapatkan pujian dari banyak pihak.

"Filosofinya itu saya bilang nggak bisa disambi, ini tugasnya berat banget, DKI-nya berat, dan kalau saya tetep di DKI kan mempolitisasi DKI, nggak fair buat DKI. Pak Anies sudah berat, dan ditambah politisasi tambah berat. Kalau saya egois gitu tetap di DKI dan coba-coba, takutnya tidak memiliki pesan yang baik buat masyarakat. Tidak ikhtiar, nasional itu harus all out, apapun hasilnya. Kita harus gentleman untuk itu,” ujar Sandi sebagaimana dikutip laman detik.com, 11 Agustus 2018.

Keinginan Sandi supaya Anies segera mencari penggantinya tak kunjung dilakukan. Berbulan-bulan setelah Sandi mundur, tiada pergerakan yang pasti terkait Wagub DKI Jakarta. Artinya, Anies berkerja terus tanpa kehadiran Wagub.

Anies pun segera disindir oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta, Djarot. Ia menyindir Anies sebagai Gubernur jomblo pada 17 Oktober 2024. Djarot juga mengungkap supaya Anies jangan lama-lama jomblo dan segera mencari pengganti Sandi.

Nyatanya, sindiran itu membuat Anies berang. Anies membalas sindiran Djarot pada 19 Oktober 2024. Anies meminta Djarot untuk berkaca dulu. Sebab, selama kepemimpinan Djarot dari 15 Juni hingga 15 Oktober 2017 tak juga memiliki wagub. Alias, Djarot juga termasuk sebagai Gubernur jomblo.

Balasan Anies nyatanya memancing perhatian publik. Publik menilai Anies kelewatan dengan menyamakan posisinya seperti Djarot. Djarot dianggap hanya mengisi kekosongan kekuasaan sebentar saja. Jadi tiada masalah – sesuai UU Djarot tak memiliki Wagub.

Beda hal dengan Anies yang masih memiliki perjalanan panjang menjadi pemimpin Jakarta. Ia mutlak butuh Wagub untuk kerja-kerja membangun Jakarta dengan segala macam proyek elitisnya.

"Pak Djarot berapa lama enggak ada Wagub? Berkaca dulu sebelum komentar," kata Anies sebagaimana dikutip laman CNN Indonesia, 19 Oktober 2018.