JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 18 Oktober 2017, Menteri Sosial (Mensos), Khofifah Indar Parawansa terima usulan Mantan Presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Pahlawan Nasional.
Usulan itu nantinya akan diputuskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebelumnya, Gus Dur dikenal sebagai tokoh nasional yang memiliki prestasi bejibun. Ia dianggap ikon toleransi agama. Ia pula dkenal sebagai figur yang berani. Gus Dur bak mampu berpikir melampau zaman.
Indonesia dianggap beruntung punya tokoh nasional macam Gus Dur. Tindak tanduk Gus Dur dalam membela bangsa dan negara tiada dua. Ia jadi sosok yang berani berseberangan kepada pemerintah di era pemerintahan Soeharto dan Orde Baru (Orba) yang represif.
Ia membawa Nahdlatul Ulama (NU) tetap dalam koridor membela rakyat. Segala macam konflik pemeirintah yang merugikan rakyat, Gus Dur membawa NU turun gunung membantu. Kesungguhan itu membuat nama Gus Dur dikenal sebagai sosok pembawa perubahan.
Pucuk dicinta ulam tiba. Gus Dur pun mendapatkan kesempatan memimpin sebagai Presiden Indonesia era 1999-2001. Kepemimpinan Gus Dur memang banyak kontroversi. Namun, tak sedikit pula terobosan yang dilakukannya.
Gus Dur jadi pembuka dari kehadiran lembaga antirasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Gus Dur pula yang membuat etnis China dapat melangsungkan ibadah dan merayakan pesta Imlek di muka umum.
Gus Dur pun mengedepan toleransi agama. Keberanian lainnya dari Gus Dur tak lain ia jadi Presiden Indonesia pertama yang meminta maaf kepada keluarga korban dari pembantaian simpatisan PKI 1965-1966.
Langkahnya memang satu sisi dianggap revolusioner. Sisi lainnya berselimut kontroversi. Namun, hal itu tak mereduksi pandangan bahwa Gus Dur adalah Guru Bangsa sejati.
“Justru politik kekuasaan membuat kebesaran Gus Dur teruji. Banyak kebijakannya yang ‘revolusioner’ dan wacananya yang terlampau berani. Gus Dur meresmi kan tahun baru Imlek, mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua.”
“Membubarkan Departemen Sosial, Departemen Penerangan, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, menjajaki kemungkinan kerja sama politik dengan Israel, hingga meminta maaf kepada kalangan eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai korban politik. Ada yang disambut baik, ada yang menyisakan kontroversi dan penolakan,” ungkap M. Alfan Alfian dalam buku Damai bersama Gus Dur (2010).
BACA JUGA:
Segenap rakyat Indonesia sepakat bahwa Gus Dur adalah tokoh besar bangsa Indonesia. Narasi itu membuat Gus Dur berkali-kali dicalonkan jadi Pahlawan Nasional sedari 2011. Namun, pencalonan Gus Dur kerap terpental karena momentum belum tepat.
Namun, Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) kembali mengusulkan nama Gus Dur ke Mensos, Khofifah Indar Parawansa. Khofifah yang notabene simpatisan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kubu Gus Dur mendukung pengusulan Gus Dur bersama nama lainnya pada 18 Oktober 2017.
Khofifah di sini hanya menerima usulan. Perkara siapa yang nantinya diputuskan sebagai peraih gelar Pahlawan Nasional murni pilihan Presiden Jokowi. Khofifah tak bisa mengganggu atau membatalkan keputusan tersebut. Sekalipun kemudian Gus Dur lagi-lagi gagal diangkat jadi Pahlawan Nasional pada 2017.
"Gelar pahlawan nanti yang menentukan Presiden Jokowi. Sementara penganugerahannya akan dilakukan sebagai rangkaian Hari Pahlawan 10 November."
"Mereka yang menyandang gelar pahlawan nasional tidak hanya yang berjasa di medan perang tapi juga di bidang lain yang gaung dan manfaatnya dirasakan secara nasional. Hari ini saya sudah menerima laporan hasil pembahasan TP2GP terhadap usulan sembilan calon pahlawan nasional tersebut," ungkap Khofifah sebagaimana dikutip laman Liputan6.com, 18 Oktober 2017.