Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 10 tahun yang lalu, 14 Oktober 2014, Universitas Soka, Jepang menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa bidang pendidikan dan kebudayaan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Penganugerahan itu dilakukan karena SBY memiliki kepedulian besar dalam bidang pendidikan.

Sebelumnya, SBY cemerlang dalam upaya menempuh pendidikan. Ia berhasil mendapatkan gelar mentereng dari kampus ternama. Belakangan SBY mengikuti jejak pemimpin bangsa lainnya yang mengoleksi gelar doktor kehormatan.

SBY adalah orang yang mementingkan pendidikan. Ajang menempuh pendidikan selalu diseriusinya. Targetnya bukan melulu kepada bisa lulus saja. Ia harus mampu meraih hasil yang cemerlang. Buktinya, ia berhasil menjadi lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) pada 1973.

Ia berhak pula menyandang anugerah Adhi Makayasa. Karier militernya terus melejit. Namun, pendidikan tetap utama. Ia pernah belajar di US Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS pada 1990-1991.

Ia pernah meraih gelar Master of Arts di bidang Menejemen di Webster University, Missouri. SBY pun sempat menempuh pendidikan S-2 di Institut Pertanian Bogor bidang Pertanian. ia berkuliah kala itu bertepatan saat SBY sedang gencar-gencarnya kampanye sebagai capres dari Partai Demokrat pada 2004.

Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah menjadi Presiden Indonesia era 2004-2014. (ANTARA)

Puncaknya SBY ujian desertasi doktoral saat ia menjadi Presiden Indonesia terpilih –belum dilantik. SBY pun tegang bukan main. Ia mendengarkan cerita dari rekan-rekannya yang pernah berkuliah di IPB. Kampus itu dikenal sulit dalam ulusan meluluskan orang.

Cerita itu tak buat nyali SBY ciut. Ia terus saja fokus pada desertasinya yang berjudul Pembangunan Pertanian dan Perdesaan sebagai upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis Ekonomi Politik Kebijakan Fiskal.

Segala macam pertanyaan segera dijelaskannya dengan saksama. SBY pun lulus dengan predikat pujian atau cumlaude.

"Satu dua malam sebelum menyelesaikan desertasi di sini, sejumlah teman menakut-nakuti. Di kampus lain, ujian itu deklarasi gelar, tapi kalau di IPB ujian ya ujian, bisa lulus bisa tidak. Cerita lain, saya diberitahu, konon salah satu penguji, dari negeri tetangga bertanya kepada kolega penguji lainnya dari Indonesia.”

“Apa betul dia mau jadi presiden? Saat itu saya selesai mengikuti pemilu putaran kedua, dijawab betul, dia bilang sayang, seharusnya jadi profesor di IPB. Saran saya kepada para capres masa datang, jangan berani-berani sama profesor," kata SBY dalam orasi ilmiah di Dies Natalis ke-50 di Kampus IPB, Dramaga, Bogor, sebagaimana dikutip laman detik.com, 20 Desember 2013.

SBY pun naik jadi Presiden Indonesia. Kuasa itu membuat SBY sebagaimana pemimpin bangsa lainnya yang dihujani oleh gelar doktor kehormatan dari mana-mana. SBY senang bukan main kala mendapat gelar kehormatan dari berbagai macam bidang dari kampus nasional hingga internasional.

Ambil contoh kala SBY diakhir kuasanya mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa bidang Pendidikan dan Kebudayaan dari Universitas Soka, Jepang pada 14 Oktober 2014. Penanugerahan itu berlangsung di Istana Negara.

Universitas Soka menganggap SBY layak menerima anugerah doktor kehormatan. Mereka menyandarkan anggapannya kepada kiprah SBY selama pemerintahannya peduli kepada pengembangan pendidikan nasional.

"Saya berterimakasih telah diberikan gelar Doktor Honoris Causa di bidang pendidikan dan budaya, saya merasa terhormat. Dari awal pemerintahan saya, pendidikan selalu menjadi prioritas. Kami mencoba memberikan akses untuk orang tidak mampu. Karena dengan mendapat gelar dari universitas, seseorang dapat mengubah hidupnya," ujar SBY sebagaimana dikutip laman detik.com, 14 Oktober 2014.