Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 10 tahun yang lalu, 12 Oktober 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), M. Nuh bolehkan buku isi materi buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjaskes) anak SMA memuat materi terkait pacaran sehat. Ia mengungkap pacaran adalah realitas sosial yang tak terhindarkan.

Sebelumnya, seisi Indonesia dihebohkan dengan hadirnya materi pacaran sehat dalam buku paket keluaran Kemendikbud. Mereka merasa kecewa dengan Kemendikbud yang dianggap teledor dan membuka pintu zina. Opsi penarikan buku paket Penjaskes bergaung di mana-mana.

Kisah kasih di sekolah bukan hal baru. Rasa saling suka antara lawan Jenis dianggap fase yang paling menyenangkan kala bersekolah. Kadang kala dianggap semangat, kadang juga dianggap bumbu fase remaja. Kemendikbud pun tak tinggal diam. Mereka melihat fenomena itu dengan serius.

Mereka ingin anak muda tak terjebak dalam pacaran tak sehat yang ujung-ujungnya banyak mudarat. Kekhawatiran itu dipicu dengan ramainya tayangan film dan sinetron remaja. Film-film yang hadir dianggap hanya memenuhi unsur hiburan belaka.

Materi pacaran sehat yang ada dalam buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran Penjaskes keluaran Kemendikbud. (Istimewa)

Urusan film tak ada muatan edukasi tak pernah jadi prioritas. Pacaran yang tergolong bebas malah ditonjolkan. Kondisi itu dianggap dapat memengaruhi gaya pacaran anak muda di era kekinian yang cenderung bebas.

Berangkat dari itu Kemendikud beride menerbitkan materi gaya pacara sehat. Materi itu dilampirkan dalam buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran Penjaskes terbitan Kemendikbud untuk anak SMA/ MA/SMK kelas XI terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan semester satu.

Materi itu secara khusus tampil pada halaman 128-129. Kemendikbud mencoba menggambarkan bagaimana pacaran sehat. Suatu pacaran tanpa kekerasan fisik. Pacaran yang sehat secara emosional, sosial, hingga seksual.

Narasi itu kemudian mendapatkan kecaman dari sana-sini. Kemendikbud dianggap tak menghargai rakyat Indonesia yang notabene mayoritas Islam. Kemendikbud dianggap mentolerir perzinahan. Apalagi banyak orang yang menilai Penjaskes dan pacaran sehat adalah dua kombinasi tak menyambung.

"Gaya pacaran sehat ni diajarkan di buku Pendidikan Jasmani, Olahraga, Kesehatan. lha sejak kapan pacaran jadi olahraga?,” ujar ustaz Felix Siauw dalam akun Twitter/X @felixsiauw, 8 Oktober 2014.

Polemik kecaman terkait materi gaya pacaran sehat sampai ke telingga Mendikbud, M. Nuh. Ia pun memberikan klarifikasinya pada 12 Oktober 2014. Ia sendiri membolehkan materi gaya pacaran sehat dimunculkan sebagai bagian dari mata pelajaran Penjaskes.

M.Nuh melihat bagaimana pacaran sudah menjadi bagian dari realitas anak remaja. Alias pacaran tak bisa dicegah. Kondisi itu membuat Kemendikbud berpikir untuk ‘meluruskan’ niatan pacaran jadi pacaran sehat supaya tak terjebak dalam hubungan membahayakan. Tidak pula melanggar norma agama.

Ia menilai Kemendikbud bermaksud baik. Ia meminta masyarakat tak lagi mempermasalahkan. Jika gambar ilustrasi terkait laki-laki dan wanita muslim yang dipermasalahkan. Mendikbd bersedia mengganti gambarnya, tapi tidak isinya.

M. Nuh yang pernah menjabat sebagai Mendikbud era 2009-2014. (ANTARA)

"Tim penyusun buku, menyertakan materi tersebut karena berangkat dari realitas di masyarakat kita. Istilah pacaran sudah melekat menjadi salah satu realitas sosial, meskipun tidak semua realitas sosial sesuai dengan satu etika keagamaan tertentu, tapi realitas sosial itu ada.”

"Muncul ide tentang bagaimana pacaran sehat secara emosi, secara fisik, sehat secara sosial, dan kalau mau disempurnakan sehat secara etika keagamaan. Intinya, secara semuanya harus dijaga sehingga pacaran sehat esensinya seperti itu, bukan mengajarkan anak untuk pacaran, tetapi, mengarahkan anak agar dalam hubungannya dengan lawan jenis tak terjerembab ke dalam hubungan yang membahayakan," jelas Nuh sebagaimana dikutip laman wartakota, 12 Oktober 2014.