JAKARTA – Memori hari ini, sembilan tahun yang lalu, 7 Oktober 2015, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) sebagai ruang interaksi warga. Interaksi itulah yang dianggapnya dapat mencegah kekerasan anak.
Sebelumnya, pemerintah DKI Jakarta getol dalam pembanguan RPTRA. Pembangunan RPTRA dianggap sebagai solusi dari tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta. RPTRA diyakininya dapat membuat kehidupan anak Jakarta lebih baik.
Ruang bermain anak yang dapat diakses dengan gratis dan terjangkau tak banyak di Jakarta. Kehidupan anak-anak sering kali dihabiskan di lingkungan rumah atau jalanan. Kondisi itu membuat kehidupan anak-anak tak banyak berkembang dan beralih ke kegiatan negatif.
Gubernur DKI Jakarta, Ahok prihatin dan ingin melakukan gebrakan. Ia ingin menambah kehadiran RPTRA hingga ratusan lokasi. Suatu taman bermain yang menarik. Ahok pun mencoba mencarikan lahannya. Pembangunan itu dapat menjadi jawaban dari kekeruangannya RTH.
Tujuannya penting lainnya pun supaya kehidupan anak Jakarta lebih baik. Ahok menilai anak-anak yang kurang ruang bermain banyak yang mengalihkan ke kegiatan yang berbau negatif seperti tawuran. Ahok pun menyebut RPTRA dapat jadi sarana mengurangi kegiatan negatif.
BACA JUGA:
Pembangunan RPTRA digalakkan. Urusan dana tak pernah jadi soal. Dana-dana pembangunan RPTRA takkan diambil dari APBD. Ahok justru memanfaatkan kehadiran banyak perusahaan di Jakarta dan meminta mereka menyalurkan program Corporate Social Responsibility (CSR) membangun RPTRA.
Sebagai gantinya perusahaan yang membantu akan nampang namanya jadi bagian dari nama taman. Perusahaan itu makin mudah eksis di DKI Jakarta, pun mereka ikut menciptakan ruang bermain yang menyenangkan bagi generasi muda Kota Jakarta.
"Tahun depan mau tambah 150 lokasi lagi. Lahan yang 56 lokasi sudah siap ini, sudah tidak masalah. Untuk yang tahun depan 150 lokasi, saya suruh beli lahan tahun ini.”
“Tapi untuk tahun depan tetap akan dianggarkan, jika ada perusahaan yang akan menyumbang anggaran akan diubah di APBD Perubahan. Kami sudah tahu harga satuannya. Yang RPTRA itu di bawah Rp700 juta. Coba kalau pemerintah yang bikin Rp3 sampai Rp5 miliar," kata Ahok , 1 Oktober 2015.
Niatan Ahok mempercepat pembangunan RPTRA tak tertahankan. Ia ingin segera mewujudkan kehidupan anak lebih baik. Ahok mengungkap RPTRA dapat menjadi ruang interaksi sosial warga dan sebagai tempat anak bermain pada 7 Oktober 2015.
Satu hal yang paling penting menurutnya, RPTRA dapat menjadi sarana pencegahan kekerasan terhadap anak. Kondisi itu karena kehadiran RPTRA dapat jadi ruang anak-anak bermain. Barang siapa yang tak ke RPTRA akan ketahuan.
Ahok meminta warga untuk segera mendatangi anak itu dan mengetahui keadaannya. Jika ada potensi kekerasan harus segera dilaporkan supaya ditindak.
"Dengan adanya RPTRA, warga dapat saling berinteraksi sekaligus meningkatkan kepedulian serta saling menjaga antarwarga di lingkungan permukiman. Kalau ada taman di dekat-dekat lingkungan pemukiman warga, tapi tidak ada anak-anak yang bermain di taman itu, berarti perlu dicari tahu, ada apa dengan anak-anak itu.”
“Apakah mengalami kekerasan di rumah atau bagaimana. Jadi, kalau ada anak yang tidak pernah kelihatan bermain di taman itu bersama dengan teman-temannya, coba datangi ke rumahnya. Dicek dulu, apakah anak itu sakit, atau ada masalah atau malah ternyata mengalami tindak kekerasan," ungkap Ahok sebagimana dikutip laman Antara, 7 Oktober 2015.