Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, sembilan tahun yang lalu, 8 Juli 2015, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Ia menggantikan Marciano Norman. Jabatan baru itu dianggap cocok dengan Sutiyoso yang memiliki latar belakang pasukan Sandi Yudha, Kopassus.

Sebelumnya, Sutiyoso dikenal sebagai pemimpin pekerja keras. Ia mampu menjajal dunia militer. Ia juga mampu menjadi Gubenur DKI Jakarta era 1997-2007. Jabatan itu membuatnya dikenal sebagai pemimpin keras kepala.

Hidup adalah perjuangan. Narasi itu erat diarahkan kepada kehidupan Sutiyoso. Pria kelahiran Semarang, 6 Desember 1944 itu kerap berjuang sendiri untuk kehidupannya. Sutiyoso bahkan pernah menghilang dua bulan dan bikin cemas.

Hasilnya ia memberikan kejutan kepada keluarganya undang pelantikan prajurit taruna di Akademi Militer, Magelang. Keluarga Sutiyoso pun senang bukan main. Ia lalu masuk militer pada 1965. Kariernya moncer.

Sutiyoso usai dilantik oleh Presiden Jokowi menggantikan Marciano Norman (kanan) sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di Istana Negara, Jakarta pada 8 Juli 2015. (ANTARA/Yudhi Mahatma)

Ia pernah mengisi posisi sebagai Komandan Komando Resort Militer. Ia juga menjadi Wakil Komandan Jenderal Kopassus. Sutiyoso juga pernah jadi Panglima Komando Daerah Militer di Jakarta. Namun, nasib buruk mengiringi posisi baru itu.

Sutiyoso dianggap terlibat dalam peristiwa Kerusuhan 27 Juli (Kudatuli) 1997. Peristiwa kerusuhan beraroma politik itu membuat Sutiyoso menjalankan perintah atasan menertibkan kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Menteng yang kemudian berujung kerusuhan.

Jejak itu nyatanya membuat langkah politik Sutiyoso banting setir ke jabatan publik, Gubernur DKI Jakarta. posisi sebagai Gubernur DKI Jakarta mengundang kecaman sedari 1997. Sutiyoso pun tenang saja. Segala bentuk hinaan dan kecaman tak membuatnya lupa diri.

Ia bertindak keras kepala saja. Apalagi, kemudian Presiden Indonesia yang juga Ketua Umum PDIP Megawati mendukungnya kembali menjabat Gubernur DKI Jakarta dari 2002-2007. Jabatan itu diembannya dengan semangat.

Sutiyoso pun terus menjalankan agendanya mempercantik Jakarta. Malang tak dapat ditolak. Sutiyoso kerap menjalankan kebijakan tak populer. Ia menggelar segala macam proyek besar supaya Jakarta kian nyaman ditinggali. Namun, maksud baik Sutiyoso kerap mendapat kritik.

Beruntung, Sutiyoso sosok keras kepala yang tak takut dikritik. Segala kritik diterimanya. Namun, ia terus membela ide-idenya macam pembangunan jalur busway yang dulunya diremehkan banyak pihak.

“la mencoba membalikkan sejarah lbu Kota. la mengimpikan Jakarta sebagai New York-nya Asia. Tak peduli meski orang memberinya jejuluk banyak-dari gubernur bertangan besi hingga Si Raja Gusur. Dialah Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, yang tindakannya kerap dianggap tak populer.”

“Serangkaian penggusuran terhadap permukiman warga di Tanjung Duren dan Kali Adem ia lesakkan menjelang Lebaran lalu. Kini pensiunan jenderal bintang tiga itu punya "mainan" baru: transportasi massal busway,” ungkap Edy Budiarso dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Mimpi Besar Sutiyoso (2004).

Belakangan proyek Sutiyoso seperti busway mulai menunjukkan hasil signifikan. Koridor jalurnya kian bertambah. Transportasi umum itu jadi idola warga Ibu Kota. Warga Jakarta pun mengenangkan bus yang memiliki jalur khusus sebagai TransJakarta. Ia mencoba menikmati waktu pensiun.

Emblem Badan Intelijan Negara (BIN) yang dipasang dalam Kantor BIN di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. (ANTARA/Wahyu Putro) 

Namun, Sutiyoso digadang-gadang oleh pemerintahan Jokowi sebagai calon Kepala BIN yang baru. Kepercayaan itu dikarenakan Sutiyoso telah makan asam garam dunia intelijen di Kopassus. Sutiyoso pun segera menyiapkan diri. Pengabdian terhadap negara jadi yang utama.

Ia mampu lulus uji kelayakan dan kepatutan. Hasilnya, Sutiyoso pun dilantik Jokowi sebagai Kepala BIN Baru menggantikan Marciano Norman di Istana Negara 8 Juli 2015. Jokowi memberikan kepercayaan kepada Sutiyoso supaya BIN dapat bekerja maksimal bagi kepentingan negara.

"Bahwa saya akan menjunjung tinggi kode etik intelijen negara di setiap tempat, waktu, dan dalam keadaan bagaimanapun juga," ucap Sutiyoso mengikuti janji sumpah jabatan yang dibacakan Jokowi sebagaimana dikutip laman Kompas.com, 8 Juli 2015.