Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 9 September 2016, Jenderal Budi Gunawan diangkat sebagai Kapala Badan Intelejen Negara (BIN) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pengangkatan itu dilakukan setelah empunya kuasa mencopot Kepala BIN, Sutiyoso (Bang Yos).

Sebelumnya, kepemimpinan Bang Yos di BIN penuh dinamika. Ia memiliki ragam prestasi dan kegagalan yang juga tak sedikit. Sutiyoso dianggap gagal mencegah beragam aksi terorisme yang ada di Indonesia. Suatu blunder yang jadi borok BIN.

Penunjukkan Bang Yos sebagai kepala BIN sempat memunculkan polemik pada 2015. Banyak yang meragukan kecakapan purnawirawan TNI AD bintang tiga itu memimpin BIN yang telah jauh berkembang. Apalagi, penunjukan Bang Yos kerap dikaitkan sebagai politik balas budi.

Bang Yos pun menganggap angin saja tiap komentar miring. Ia terus bekerja keras jadi nakhoda BIN. Sederet prestasi pun pernah ditorehkannya. Prestasi yang paling mentereng adalah keberhasilannya membujuk Nurdin Ismail alias Din Minimi untuk turun gunung.

Pimpinan kelompok bersenjata yang paling dicari di Aceh itu percaya kepada Sutiyoso setelah dua bulan dibujuk. Din Minimi bahkan menganggap Sutiyoso mampu menjembatani keinginan kelompoknya yang kecewa dengan pemerintah Aceh.

Pelantikan Budi Gunawan sebagai Kepal BIN. (Wikimedia Commons)

Kuasa Bang Yos juga membuat BIN mampu melacak dan menangkap buronan koruptor macam Samadikun Hartono dan Totok yang sudah lama buron di luar negeri. Namun, kuasa Bang Yos tak sepenuhnya sempurna.

Deretan kegagalan BIN di era Bang Yos pun juga ada. BIN beberapa kali kecolongan perihal kasus terorisme. Utamanya, bom bunuh diri yang berlangsung di pos polisi di jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Sederet masalah itu membuat kepemimpinan Bang Yos dipertanyakan.

Wacana pencopotannya telah tersiar di mana-mana. Pun akhirnya kepemimpinan Bang Yos harus berakhir. Tiada yang mengetahui pasti alasan pencopotannya, selain Presiden Jokowi.

“Kalau soal pejabat BIN memang itu kan tidak punya batas waktu, ada yang panjang dan pendek, memang tidak ada aturan, sesuai dengan pertimbangan Pak Presiden bahwa ini perlu diganti dan tidak perlu diganti.”

“Ini termasuk hak prerogatif Presiden, kalau Presiden sudah memandang perlu pergantian maka diganti. Jadi tidak punya alasan yang dapat dikemukakan, ini merupakan keputusan Bapak Presiden,” kata Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla di kantor Wakil Presiden sebagaimana dikutip laman Republika, 2 September 2016.

Pencopotan Sutiyoso membuat Presiden Jokowi sibuk mencari calon Kepala BIN yang baru. Pilihan pun mengarah kepada Wakapolri, Budi Gunawan. Penunjukkan itu kemudian disetujui oleh Komisi I DPR RI. Mereka menyebut Budi Gunawan layak dan patut dalam fit and proper test sabagai Kepala BIN yang baru.

Patung Soekarno-Hatta di halaman kantor BIN di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Budi Gunawan akhirnya dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala BIN yang baru di Istana Negara pada 9 September 2016. Setelahnya, Budi Gunawan akan diberikan hak keuangan, administrasi, fasilitas setingkat dengan menteri.

“Bahwa saya, akan menjunjung tinggi hak asasi manusia, demokrasi, dan supremasi hukum. Bahwa saya akan menjalankan tugas dan wewenang dalam jabatan saya dengan sungguh-sungguh, seksama, obyektif, berani, dan profesional.”

“Bahwa saya akan menjunjung tinggi kode etik intelijen negara di setiap tempat, waktu, dan dalam keadaan bagaimana pun juga. Bahwa saya, pantang menyerah dalam menjalankan segala tugas dan kewajiban jabatan. Bahwa saya, akan memegang teguh segala rahasia intelijen negara dalam keadaan bagaimana pun juga,” ucap sumpah Budi Gunawan dalam pelantikannya sebagaimana dikutip laman Sekretariat Kabinet, 9 September 2016.