JAKARTA – Sejarah hari ini, 39 tahun yang lalu, 7 Januari 1984, Brunei Darussalam bergabung jadi anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Kehadiran Brunei menambah solid narasi kerja sama regional antara negara Asia Tenggara.
Sebelumnya, inisiasi persatuan negara Asia Tenggara telah digodok sejak lama. Namun, arah kebijakan politik negeri tiap negara yang beda-beda jadi kendala. Semuanya berubah kala Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand mulai serius membangun wadah. ASEAN, namanya.
Kemerdekaan negara-negara di Asia Tenggara banyak terjadi pada era 1940-an. Negara itu antara lain Indonesia, Malaysia, hingga Filipina. Kesamaan nasib sebagai bangsa terjajah itulah mulanya membuat negara Asia Tenggara berfokus mencari dukungan ke luar negeri.
Ambil contoh Indonesia. Era kepemimpinan Soekarno membuat Indonesia memilih untuk condong ke blok timur, Uni Soviet. Hasilnya gemilang. Indonesia dapat bantuan banyak dari Uni Soviet. Namun, peta politik mulai berubah kala pemerintah Soeharto mengambil alih kekuasaan.
The Smiling General yang condong ke blok barat mulai membangun hubungan antara negara Asia Tenggara. Soeharto telah melihat pertumbuhan ekonomi yang signifikan di kawasan Asia Tenggara. Bak gayung bersambut. Negara-negara di Asia Tenggara mengamati hal yang senada.
Inisiasi membangun suatu wadah yang mewadahi kepentingan bersama negara Asia Tenggara pun muncul. Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand muncul sebagai pelopor. Mereka kemudian mendirikan ASEAN pada 1967.
Kehadiran ASEAN membawa keuntungan besar bagi tiap negara. Kerja sama yang dilakukan pun beragam bentuk. Antara lain meliputi perdagangan hingga budaya. Narasi itu membuat dukungan antar sesama bangsa ASEAN kian terasa.
“Akan tetapi, penataan politik luar negeri Indonesia dianggap lebih sukses. Pertama, setelah berhasil membawa Indonesia menjadi satu diantara orbitnya negara-negara blok Barat, Presiden Soeharto kemudian membalik citra konfrontasi Indonesia dengan Malaysia dahulu kepada penataan politik regional yang kondusif bagi upaya pembangunan ekonomi melalui pembentukan ASEAN (Association of South East Asian Nations).”
“Pembentukan ASEAN diyakini sebagai titik balik dari politik konfrontasi kepada politik kerjasama regional sesama bangsa-bangsa di Asia Tenggara. ASEAN kemudian menjadi pilar utama yang pertama dari aspek lingkungan eksternal Indonesia dalam perumusan politik luar negeri di bawah Presiden Soeharto,” terang Agus R. Rahman dalam tulisannya di Jurnal Penelitian Politik LIPI berjudul Politik Luar Negeri Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Eropa (2005).
Keungulan bergabung dengan ASEAN yang bejibun nyatanya membuat banyak negara Asia Tenggara lainnya kepincut. Brunei Darussalam, misalnya. Negara itu kemudian ikut bergabung sebagai anggota ASEAN yang baru pada 7 Januari 1984.
ASEAN dianggap Brunei jadi medium tepat untuk menambah solid hubungan kerja sama antarnegara Asia Tenggara. Alias, ASEAN dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
BACA JUGA:
"Kita telah menumpukan perhatian untuk bekerja bersama-sama bagi kepentingan bersama. Ia adalah satu proses memperbesar satu set nilai yang dibagikan. Sejak ditubuhkan pada 1967, anggota ASEAN telah memperkembangkan cara yang tidak formal bagi menghilangkan segala perbedaan mereka.
“Kerjasama ini bukanlah hasil perjanjian formal sesuai datangnya daripada perasaaan yang kukuh dengan tujuan yang Sama. Sebagai kesimpulannya, beta berharap negara Brunei Darussalam ini akan mengukuhkan lagi integrasi ekonomi ASEAN. Beta yakin tuan-tuan dan puan-puan akan menyelesaikan strategi-strategi dinamis yang akan melengkapi ASEAN untuk menghadapi cabaran ekonomi dunia akan datang,” ujar Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah sebagaimana dikutip Johan Septian Putra dalam buku Brunei Darussalam dan Falsafah Melayu Islam Beraja (2021).