Tidak Ada Lagi Gambar Mickey Mouse Hiasi Dinding TK di Mesir
Tokoh kartun dan animasi Mickey Mouse rekaan Walt Disney kini tak ada lagi di Mesir. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Keinginan Walt Disney menghadirkan tokoh kartun dan animasi populer tak terbendung. Ia memiliki ide menyulap ‘tikus’ jadi sosok yang digemari oleh anak-anak di seantero dunia. Mickey Mouse, namanya. Hasilnya gemilang. Segala macam tentang Mickey jadi buruan, dari film, suvenir, hingga komik.

Kondisi itu berlangsung hingga era kekinian. Namun, tak semua negara dapat menerimanya. Ikon yang digemari anak-anak itu justru tak diterima di Qalyubiyah, dekat Kairo, Mesir. Empunya kuasa melarang gambar Mickey menghiasi dinding Taman Kanak-Kanak (TK).

Tiada kata menyerah dalam kamus hidup seorang Walt Disney. Ia tak pernah lelah berusaha menciptakan tokoh kartun dan animasi. Sekalipun ia tak begitu mahir di dunia menggambar. Satu-satunya yang ia miliki adalah ide.

Modal itu membuatnya eksis di dunia bisnis. Kehadiran tokoh kartun, Oswald the Lucky Rabbit jadi bukti. Namun, Disney dikhianati oleh rekannya, Charles Mintz. Lisensi tokoh kartun itu justru tak dipegang Disney.

Salah satu episode cerita petualangan Miskey Mouse di Mesir. (Watch Conlines)

Alih-alih mendapatkan untung besar, Walt Disney justru merugi. Kehidupan Disney pun jatuh pada level terendah. Disney ogah menyerah. Ia mulai menatap kembali proses penciptaan karya barunya. Segala macam ide coba digodoknya.

Semua jerih payah itu akhirnya terbalas karena Disney berhasil menelurkan karakter kartun tikus yang berlagak bak manusia pada 1928. Belakangan, Disney menamakannya Mickey Mouse. Kehadiran Mickey membuat nama Disney melejit di seantero dunia.

Penghasilannya sebagai seniman tokoh kartun dan animasi meningkat. Apalagi, hak cipta Mickey dalam genggamannya. Ia mendapatkan banyak keuntungan dari laris manisnya film kartun, komik, souvenir, dan penjualan lisensi Mickey. Kondisi itu membaut anak-anak dunia menjadikan Mickey sebagai ikon kartun favoritnya.

Popularitas itu dengan cepat menjalar dari satu tempat ke tempat lainnya. Bahkan, kala Disney sendiri tak ada. Bisnis Disney justru terus bertumbuh dan mulai melebarkan sayap ke segala lini. Mereka membuat taman bermain Disneyland di sana sini. Alhasil, perusahaan hiburan Disney terus mengudara hingga hari ini.

“Popularitas Mickey tetap stabil selama bertahun-tahun, menurut Henry Schafer, wakil presiden eksekutif Q Scores Company, yang mengukur popularitas selebriti, merek, dan properti berlisensi. Jajak pendapat yang dilakukan perusahaan pada musim semi menunjukkan bahwa 26 persen penduduk Amerika menilai Mickey sebagai karakter kartun favorit, jauh di atas rata-rata. Schafer mengatakan daya tarik Mickey sangat tinggi di kalangan warga Latin, 39 persen.”

“Pengoperasian taman hiburan Disneyland yang luas adalah salah satu alasan mengapa hewan pengerat bersuara melengking itu tetap melekat dalam budaya populer. Taman-taman tersebut, yang menarik lebih dari 150 juta pengunjung tahun lalu, menawarkan titik kontak bagi banyak orang,” terang Brooks Barnes dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul Mickey Turns 90, and the Disney Marketing Machine Celebrates (2018).

Mickey Mouse di Mesir

Boleh jadi tokoh kartun Mickey Mouse rekaan Disney mudah diterima di seantero dunia. Namun, bukan berarti tiada yang menolak. Penolakan terkait Mickey pernah hadir di Mesir pada 2018. Mickey dianggap sebagai simbol eksitensi Amerika Serikat (AS) dan tidak patriotik.

Penolakan terhadap Mickey Mouse muncul dari Gubernur Qalyubiyah, Alaa Abdul-Halim Mohammed Marzouk. Alaa menganggap karakter Mickey harusnya dimasukkan dalam daftar hitam. Semuanya karena Mickey dianggap tak mencerminkan sikap dan laku hidup orang Mesir.

Narasi itu membuat Alaa menerapkan kebijakan melarang seluruh gambar Mickey Mouse di buku dan dinding TK di seantero Qalyubiyah. Jikalau sudah terlanjut dipasang atau ditempel Alaa meminta gambar itu segera dicabut dan dibuang.

Alaa pun menyarankan pihak sekolah untuk segera mengganti gambar Mickey dengan gambar-gambar pahlawan militer dan syuhada Mesir kesohor. Upaya itu disarankan supaya anak-anak lebih mengenal tokoh dari bangsanya sendiri, ketimbang kartun buatan AS.

Pemandangan Kota Qalyubiah di utara Kairo, awal mula pelarangan karakter Mickey Mouse di Mesir. (AFP/Khaled Desouki)

Keputusan yang diambil Alaa mendapatkan tentangan dari pecinta Mickey sedunia. Mereka menganggap keputusan Alaa mengada-ngada. Pun banyak yang menganggap kehadiran Mickey justru membawa banyak manfaat. Anak-anak dapat cepat membaca, salah satunya.

"Kita perlu mengganti foto-foto Mickey Mouse dan Donald Duck dengan gambar-gambar dari para pahlawan militer dan syuhada Mesir terkenal, sehingga anak-anak akan menjadikan mereka sebagai teladan”

"Sosok Mickey Mouse ini dibuat oleh AS, padahal kita memiliki tokoh-tokoh mulia yang bisa memperdalam patriotisme dan kecintaan pada tanah air dari anak-anak kita," kata Alaa Abdul-Halim Mohammed Marzouk sebagaimana dilansir laman Daily Mail, 27 September 2018.