JAKARTA - Teknologi deepfake berbasis kecerdasan buatan (AI) semakin canggih dan menimbulkan ancaman serius bagi berbagai industri, terutama industri musik. Baru-baru ini, Sony Music mengungkapkan bahwa mereka telah menghapus 75.000 konten deepfake yang beredar secara online.
Laporan ini menunjukkan bahwa AI bisa memberikan dampak negatif yang besar terhadap dunia musik jika tidak dikendalikan dengan baik. Meski tidak dijelaskan secara rinci jenis konten yang dihapus, Sony Music menyebutnya sebagai "materi," yang kemungkinan mencakup lagu, rekaman suara, hingga video yang menggunakan teknologi deepfake.
Langkah Sony Music menghapus ribuan konten deepfake ini tidak sekadar untuk memperingatkan publik, tetapi juga sebagai bagian dari laporan yang diajukan dalam konsultasi pemerintah Inggris terkait aturan hak cipta dan AI. Sony Music khawatir bahwa peraturan di Inggris yang semakin longgar terhadap AI justru akan memperburuk masalah ini.
Dengan semakin banyaknya alat AI yang dapat diakses oleh siapa saja, kini lebih mudah bagi individu untuk menciptakan lagu menggunakan suara palsu dari penyanyi terkenal dan mendapatkan keuntungan darinya. Pendengar mungkin tidak menyadari bahwa lagu yang mereka dengarkan bukanlah karya asli artis tersebut. Hal ini tidak hanya merugikan musisi, tetapi juga industri musik secara keseluruhan.
Sony Music kini berjuang untuk menghentikan praktik ini karena berdampak besar pada hak cipta dan pendapatan musisi. Masalah ini juga menjadi perhatian bagi label-label besar lainnya di industri musik.
BACA JUGA:
Raja Deepfake: Queen, Beyonce, dan Harry Styles
Menurut laporan tersebut, beberapa artis yang paling sering menjadi korban deepfake adalah Queen, Beyonce, dan Harry Styles. Ini menunjukkan bahwa fenomena ini tidak hanya menyasar musisi baru, tetapi juga para legenda musik.
Namun, hingga saat ini, belum diketahui berapa banyak lagi konten deepfake yang masih beredar di internet. Dengan berkembangnya teknologi AI, tampaknya masalah ini akan semakin sulit dikendalikan di masa mendatang.
Saat ini sudah ada beberapa teknologi yang dikembangkan untuk mendeteksi lagu buatan deepfake atau AI-generated music. Beberapa metode yang digunakan antara lain:
1. Deteksi Gelombang Suara dan Spectrogram Analysis
Deepfake audio sering kali memiliki pola gelombang suara yang tidak alami jika dianalisis secara mendalam. Dengan menggunakan spectrogram analysis, para ahli dapat melihat perbedaan antara suara asli dan suara hasil AI. Misalnya, suara deepfake mungkin memiliki tekstur suara yang lebih halus atau pola frekuensi yang berulang, yang jarang terjadi pada rekaman manusia.
2. AI Detector untuk Audio
Beberapa perusahaan telah mengembangkan AI-powered deepfake audio detectors yang dapat membandingkan suara dengan rekaman asli dan mengidentifikasi kejanggalan. Contohnya:
- DeepSonar: Model AI yang mampu mendeteksi deepfake audio berdasarkan perbedaan pola suara.
- Resemble AI Detector: Menggunakan pembelajaran mesin untuk membandingkan suara asli dengan suara hasil AI.
3. Metadata dan Watermarking
Beberapa label musik mulai menyisipkan watermark digital pada lagu asli mereka. Ini bisa berupa pola unik yang tidak bisa ditiru oleh AI. Jika sebuah lagu tidak memiliki watermark resmi dari label atau artis, maka kemungkinan besar itu hasil deepfake.
4. Perbandingan dengan Database Lagu Resmi
Perusahaan seperti Shazam atau ACRCloud memiliki database besar yang bisa digunakan untuk membandingkan suara dengan rekaman resmi. Jika lagu deepfake tidak cocok dengan arsip resmi, maka bisa diduga lagu tersebut palsu.
5. Kualitas dan Kesalahan Kecil dalam Lagu
Deepfake audio sering kali memiliki intonasi yang tidak wajar, transisi suara yang aneh, atau kesalahan kecil dalam pengucapan. Hal ini terjadi karena model AI masih belum sempurna dalam meniru dinamika suara manusia.
Meski teknologi pendeteksian deepfake semakin berkembang, AI juga semakin canggih dalam menghasilkan suara palsu yang sulit dibedakan dari aslinya. Oleh karena itu, banyak perusahaan musik besar seperti Sony Music terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi deteksi yang lebih akurat.