JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 27 Juli 2016. Presiden Joko Widodo (Jokowi), mencopot Anies Baswedan dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Pencopotan itu dianggap sarat dengan kepentingan politik.
Anies kemudian diganti oleh Muhadjir Effendy. Sebelumnya, Anies diketahui sebagai orang yang dekat lingkar kuasa Jokowi. Semuanya karena Anies ikut mendukung penuh Jokowi sebagai Presiden Indonesia dalam kontestasi Pilpres 2014.
Anies Baswedan dan Jokowi pernah berada dalam satu perahu politik. Mantan Rektor Universitas Paramadina itu terkenal aktif mendukung Jokowi jadi Presiden Indonesia dalam Pilpres 2014. Keterlibatan itu karena Jokowi sendiri yang meminta Anies membantunya.
Kehadiran Anies dianggap Jokowi sebagai amunisi ampuh untuk memenangkan Pilpres. Anies kemudian didaulat sebagai juru bicara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK). Anies bekerja dengan baik. Ia mampu bergerak meninggikan elektabiltas Jokowi-Jk kepada pemilih muda.
Ajian itu karena Anies kala itu dikenal luas sebagai salah satu sosok yang dikagumi oleh kaum muda. Keterlibatan Anies dalam berbagai macam gerakan nasional seperti Indonesia Mengajar dan Turun Tangan jadi muaranya.
Jokowi-JK pun akhirnya terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang baru. Anies kebagian peran baru. Ia diminta Jokowi untuk membantunya menjalankan roda pemerintahan Indonesia.
Anies didaulat sebagai Mendikbud pada Oktober 2014. Bidang itu dianggap cocok dengan Anies yang pernah menjabat sebagai rektor. Kepercayaan itu dibalas dengan kerja keras oleh Anies. Ia melanggengkan berbagai macam terobosan untuk Kemendikbud. Sekalipun langkahnya juga kerap mendapatkan kritik.
Mulai dari makin banyak guru yang mau mengabdi ke pedalaman hingga keberanian Anies menghapus segala macam perploncoan. Ia tak ingin generasi penerus bangsa harus terus-terusan mengadopsi budaya perploncoan yang banyak mudaratnya, ketimbang manfaat.
“Saya sangat menghargai dan menghormati ketegasan sikap dan tindakan Mendikbud Anies Baswadan terhadap apa yang disebut sebagai perploncoan, sebab sudah lama disanubari saya dirundung kegalauan yang menggetir sukma akibat budaya plonco di pendidikan Indonesia.”
“Fakta itu tak terbantahkan mengenai dampak negatif bahkan destruktif perpeloncoan cukup berlimpah dalam bentuk bukan cuma hanya korban luka lahir batin, namun malah korban jiwa akibat perploncoan. Para korban nyata perploncoan jumlahnya sudah tidak terhitung sebab memang tidak pernah secara resmi dihitung akibat sudah dianggap sebagai seolah kelumrahan biasa,” ujar Jaya Suprana dalam buku Bercak-Bercak Harapan (2018).
Anies percaya dirinya mampu membawa perubahan dalam dunia pendidikan Indonesia. Namun, untuk mempertahankan posisinya sebagai Mendikbud bukan melulu urusan kepercayaan diri, tapi juga keputusan politik. Ia hanya diberikan kepercayaan kurang dari dua tahun menjabat Mendikbud.
BACA JUGA:
Selebihnya, Anies dicopot dari jabatan sebagai Mendikbud oleh Jokowi pada 27 Juli 2016. Ia menjadi salah satu dari tujuh menteri yang diganti empunya kuasa. Perihal alasan Anies dipecat pun masih jadi misteri hingga hari ini. Walaupun orang-orang sudah berspekulasi macam-macam.
“Pada waktu itu ada tujuh orang pada reshuffle itu, jadi harus diingat-ingat ini. Ini bukan satu ada tujuh orang. Ada Pak Jonan, ada Sudirman Said, Ferry Mursyidan, ada Pak Saleh Husin, ada Pak Yuddy Chrisnandi, ada siapa lagi tuh saya lupa namanya. Pokoknya tujuh orang.”
“Ini keputusan politik yang harus dihormati dan saya tidak pernah tanya juga. Kenapa? Karena pada saat presiden sudah memutuskan pasti beliau memiliki pertimbangan yang lengkap. Tentang bagaimana beliau harus menjaga, apakah keseimbangan, apakah arah, dan lain-lain. Dan buat saya itu adalah hal beliau dan harus kita hormati. Saya tidak marah dan kita terus bekerja bersama,” terang Anies Baswedan dalam acara bincang-bincang Kick Andy, 18 Juni 2023