JAKARTA – Memori hari ini, sembilan tahun yang lalu, 11 April 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan ingin kampung peduli pendidikan seperti Kampung Matematika di Laladon, Bogor, Jawa Barat menjamur di Indonesia. Ia menganggap kampung itu dapat jadi ajian utama menciptakan pendidikan berkualitas.
Sebelumnya, Anies Baswedan terus mendorong kehadiran pendidikan berkualitas yang terjangkau. Masalah itu dicari solusinya. Ia bahkan sampai menginisiasi gebrakan macam Gerakan Indonesia Mengajar.
Anies Baswedan bukan orang baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia pernah dipercaya menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina pada 2007. Kala itu ia mendapatkan predikat sebagai Rektor termuda. Sebab, usianya masih 38 tahun.
Kiprahnya di dunia pendidikan pun tak dapat dianggap remeh. Ia pernah mencoba menginisiasi gebrakan supaya semua orang dapat mengakses pendidikan. Kesadaran itu membuatnya menginisiasi kehadiran sebuah beasiswa penuh di Paramadina. Paramadina Fellowship, namanya.
Beasiswa itu tak saja menanggung masalah biaya pendidikan, tapi juga biaya hidup. Kondisi itu membuat mahasiswa fokus memikirkan soal belajar yang giat tanpa memikirkan urusan dana. Semuanya karena suluruh biaya sudah ditanggung. Gebrakan lainnya yang diinisiasi Anies adalah Gerakan Indonesia Mengajar.
Gerakan itu dibuat untuk memberdayakan generasi muda yang notabene baru lulus kuliah. Mereka direkrut, dilatih, dan dikirimkan untuk mengabdi ke pelosok Indonesia selama satu tahun. Kehadiran program itu tak lain untuk memberikan akses pendidikan kepada orang banyak.
Ia yakin kalau seluruh pemuda Indonesia bersatu, pendidikan berkualitas dapat hadir. Bahkan, tak perlu mengeluarkan kocek mahal. Lebih lagi gerakan itu menjadi jawaban urusan kekurangan guru berkualitas di sekolah dasar, khususnya daerah terpencil.
Sederet prestasi itu membuat Anies diangkat Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) pada 27 Oktober 2014. Ia mulai mencari ide jitu untuk menghadirkan pendidikan berkualitas yang tak harus mahal.
“Untuk pemerataan akses pendidikan, Anies mengaku keberadaan sekolah harus mudah dijangkau ,baik secara lokasi maupun finansial. Saat ini, dia tengah mencari cara untuk memberikan kualitas pendidikan yang bermutu di setiap daerah yang ada.”
“Sekolahnya terjangkau, tapi lokasinya tidak terjangkau, ya tidak ada artinya. Kalau sekolah terjangkau tapi biayanya mahal, sama saja. Maka, akses pendidikan berkualitas harus menjadi prioritas," kata dikutip laman Kompas.com, 12 November 2014.
Pola pendidikan berkualitas berbiaya murah terus dicari formulanya oleh Anies. Sebab, kini tanggung jawabnya bukan lagi sebatas Gerakan Indonesia Belajar. Ia harus mampu menciptakan formula pendidikan berkualitas di seluruh Indonesia.
Anies pun mendapatkan gambaran bagaimana pendidikan berkualitas tak harus berbiaya mahal kala meresmikan Kampung Matematika di Laladon, Bogor, Jawa Barat pada 11 April 2015. Kampung itu berhasil karena banyak orang baru lulus mengabdi mengembangkan pendidikan di kampungnya.
Anies pun kepincut. Ia ingin supaya kampung-kampung peduli pendidikan seperti Kampung Matematika menjamur di Indonesia. Ia mengganggap hal itu bisa jadi jawaban pendidikan berkualitas tak harus berbiaya mahal.
BACA JUGA:
“Ada beberapa pelajaran penting di tempat ini. Pertama, kampung ini terbukti secara otentik bagaimana pendidikan dikerjakan sebagai suatu gerakan. Kita lihat, banyak sekali anak-anak yang belajarnya di teras-teras rumah. Padahal di dalam kampung ini fasilitasnya tidak dibuat khusus untuk sarana pendidikan."
"Ketika suatu pelajaran itu menjadi menyenangkan, maka itu tidak lagi memberatkan. Ini adalah contoh pendidikan yang sebenarnya. Tadi saya sempat tanya kepada relawan pengajar. Sebagian ada lulusan sarjana yang sebenarnya mereka bisa melakukan hal lain. Kemudian saya tanya, anda dibayar berapa. Mereka (relawan) jawab, seikhlasnya Pak. Saya salut dan merasa terhormat bisa datang ke sini," kata Anies sebagaimana dikutip laman Kompas.com, 11 April 2015.